
Lebih dari 28 ribu wanita dan anak perempuan tewas di Gaza sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023, menurut Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women).
“Angka tersebut berarti rata-rata satu perempuan dan satu anak perempuan terbunuh setiap jamnya dalam serangan-serangan yang dilancarkan oleh pasukan Israel,” kata UN Women dalam siaran persnya pada Selasa (20/5/2025).
Dari sekian banyak korban tewas, ribuan di antaranya adalah para ibu, meninggalkan anak-anak, keluarga, dan komunitas yang hancur.
Kata pihak UN Women, angka-angka tersebut menggarisbawahi jumlah korban jiwa yang memilukan akibat konflik, serta kehidupan dan masa depan yang hilang terlalu cepat.
Dilansir Antara, Rabu (21/5/2025) sejak gencatan senjata berakhir pada Maret 2025, kondisi di Gaza semakin memburuk, diperparah dengan blokade bantuan kemanusiaan selama hampir sembilan pekan, kata badan tersebut.
Seluruh populasi di Gaza dengan cepat kehabisan makanan dan berbagai pasokan penting, dengan risiko kelaparan yang terus meningkat.
Situasi itu membuat setiap wanita dan anak perempuan menghadapi tingkat kelaparan yang sangat mengkhawatirkan. Mereka terjebak, menghadapi pengungsian, meningkatnya angka kematian ibu, serta minimnya mekanisme keamanan dan perlindungan.
Badan PBB tersebut menambahkan, terlepas dari keadaan yang mengerikan, UN Women terus bekerja dengan berbagai organisasi masyarakat sipil yang dipimpin perempuan di Gaza, mencoba memberikan layanan dan dukungan penting kepada penduduk yang terdampak.
Namun, skala penderitaan yang terjadi di lapangan jauh melampaui kapasitas atau sumber daya yang ada.
UN Women memperingatkan, tanpa peningkatan akses bantuan kemanusiaan yang signifikan dan segera, dukungan, serta pendanaan, banyak nyawa berada di ujung tanduk.
Badan itu menyerukan gencatan senjata segera, pemulihan segera akses kemanusiaan tanpa hambatan, serta pembebasan tanpa syarat semua sandera dan mereka yang ditahan secara sewenang-wenang.(ant/kak/ham/rid)