Selasa, 7 Mei 2024

Lapangan Desa Berstandar Internasional di Bali Dongkrak Sport Tourism

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Stadion Beji Mandala lapangan sepak bola berstandar internasional di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung saat digunakan Bali International Football Championship (IFC) 2018 U-15. Foto: kemenpora.go.id

Selain dikenal sebagai provinsi pariwisata, seiring perjalanan waktu, Bali kini mengalami penambahan destinasi yaitu sport tourism, khususnya untuk cabang olahraga sepak bola.

Bukan provinsi, kabupaten/kota, ataupun kecamatan. Melainkan sebuah desa bernama Desa Pecatu di Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang memulai mengembangkan sport tourism dengan membangun lapangan sepak bola dengan standar internasional.

Meski lokasinya berada di wilayah perbukitan, namun lapangan sepak bola standar internasional itu sudah tuntas dibangun dan bahkan langsung digunakan untuk turnamen Bali International Football Championship (IFC) 2018 yang diikuti 12 tim dari sembilan negara.

Perjalanan menjadikan lapangan sepak bola yang akhirnya dinamai dengan sebutan Stadion Beji Mandala tersebut, menurut I Made Karyana Yadnya Perbekel (Kepala Desa) Pecatu membutuhkan waktu yang panjang. Pembangunan sendiri dilakukan mulai 2014.

“Saat itu, saya masih menjadi Ketua LPM. Saat diminta ide untuk mengelola dana desa, saya mengusulkan pembangunan ini dan diterima. Setelah saya jadi Perbekel akhirnya pembangunan tuntas meski belum maksimal,” ujar Pecatu I Made Karyana Yadnya dilansir Antara.

Khusus untuk lapangan memang cukup bagus karena sudah diperhitungkan dengan sistem drainase. Lapangan dengan ukuran 110×75 meter ini juga menggunakan rumput sesuai standar lapangan sepak bola internasional.

Selain lapangan, Stadion Beji Mandala ini juga sudah dilengkapi tribun berikut ruang ganti pemain maupun perangkat pertandingan. Begitu juga dengan penerangan. Saat ini sudah terpasang di delapan titik dengan kekuatan 8.000 watt.

“Untuk rumput kami memang mencari yang terbaik. Begitu juga dengan perawatannya. Kami mempunyai tim yang digaji secara khusus untuk melakukan peratawan. Kami ingin semuanya bisa maksimal,” kata Karyana menambahkan.

Rumput di lapangan Pecatu ini menggunakan jenis Mini Jepang dengan harga per meternya Rp60 ribu. Dengan demikian, anggaran yang disiapkan untuk membeli rumput standar internasional ini hampir menembus angka Rp600 juta. Jumlah yang cukup fantastis untuk ukuran sebuah desa.

Dengan tuntasnya pembangunan lapangan tersebut pihaknya berharap bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat maupun penggila sepak bola baik dari dalam luar negeri. Ke depan, kata dia, pengelolaannya akan diserahkan ke BUMDes Pecatu.

“Ini akan terus kami kembangkan. Sudah banyak wisatawan terutama asing yang ingin memanfaatkan lapangan ini di sela mereka berwisata. Pemilik Bali United juga sudah melihat lapangan ini,” kata Karyana dengan bangga.

Bali International Football Championship (IFC) 2018 U-15 yang diikuti 12 tim dari sembilan negara merupakan turnamen internasional pertama yang digelar di Lapangan Pecatu. Turnamen yang digagas oleh Kemenpora ini bahkan langsung mendapat perhatian dari masyarakat.

“Sebagian besar masyarakat di sini sangat senang dengan sepak bola, buktinya hari pertama kemarin banyak penonton baik dari luar atau masyarakat lokal sendiri datang ke stadion. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Kemenpora yang sudah mempercayakan kepada kami untuk menggelar pertandingan bertaraf internasional di desa ini,” kata pria yang juga seorang mantan pemain sepak bola itu. (ant/nin)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 7 Mei 2024
28o
Kurs