Jumat, 29 Maret 2024

Perolehan Suara Pemilu 2024 Diprediksi Anjlok, Pengamat: Mesin Politik Golkar Belum Bekerja Optimal

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Airlangga Hartarto Ketua Umum Partai Golkar. Foto: Istimewa

Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memprediksi dukungan suara pemilih untuk PDI Perjuangan akan melonjak dari 19,3 persen pada Pemilu 2019 menjadi 24 persen pada Pemilu 2024.

Kemudian, Partai Gerindra juga naik dari 12,6 persen menjadi 13,4 persen. Sedangkan Partai Golkar diperkirakan menurun dari 12,3 persen menjadi 8,5 persen.

Menurut Ari Nurcahyo Direktur Eksekutif Para Syndicate, turunnya elektabilitas Partai Golkar bisa terjadi akibat mesin partai yang masih bekerja setengah hati.

Dia bilang, faksi-faksi internal partai berlambang pohon beringin belum solid mengusung Airlangga Hartarto Ketua Umum Partai Golkat sebagai calon presiden yang diusung pada Pilpres mendatang.

“Mesin Partai Golkar masih setengah hati dalam pencapresan Airlangga,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (31/10/2022).

Struktural dan Kader Golkar, sambung Ari, belum satu suara terkait pencapresan Airlangga. Soliditas menjadi persoalan utama di internal Golkar karena banyaknya faksi.

“Soliditas memang menjadi persoalan yang cukup fundamental dalam Golkar. Mengapa tidak solid? Jelas karena faksi-faksi Golkar banyak,” ujarnya.

Ari menilai, soliditas di internal Partai Golkar berbeda dengan PDIP yang tegak lurus pada keputusan partai.

“Jadi, berbeda secara diametral antara soliditas PDIP dan Golkar,” tambahnya.

Selain itu, menurunnya elektabilitas Golkar juga bisa disebabkan faktor popularitas ketokohan Airlangga yang cenderung susah naik.

“Kedua, ketokohan Airlangga agak susah mengangkat. Mengapa? Justru itu berangkat dari soliditas. Kalau semua mengangkat pasti popularitas dan elektabilitasnya akan naik,” ungkapnya.

Ari mencontohkan pada fase awal, elektabilitas Airlangga lebih tinggi dari Puan Maharani. Tapi, sekarang secara ketokohan Puan sedikit lebih tinggi. Hal itu disebabkan struktural dan Kader PDIP serius mengangkat figur Puan.

Ketokohan Airlangga, menurut Ari, sebetulnya bisa dikapitalisasi Golkar, mengingat Airlangga mempunyai modal politik yang cukup kuat.

“Padahal, Airlangga punya modal politik yang kuat, dekat dengan Pak Jokowi, prestasi bagus, kinerja bagus, kan peran Pak Airlangga ini dominan di Pemerintahan,” timpalnya.

Sekarang, pekerjaan rumah Partai Golkar kata Ari adalah mengkapitalisasi sumber daya politik untuk menaikkan elektabilitas Golkar sekaligus Airlangga Hartarto.

“Banyak potensi, sumber daya yang bisa dikapitalisasi untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas Golkar dan sekaligus Pak Airlangga,” pungkasnya.

Sementara itu, Nyarwi Ahmad Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies mengatakan, Partai Golkar perlu menerapkan strategi yang tepat menjelang Pemilu 2024.

Dengan kekuatan kader muda yang mereka punya, elite yang dikenal publik, juga kemampuan sumber daya bisa membawa elektabilitas Golkar lebih lagi.

“Butuh orang orang yang bisa memformulasikan strategi itu, bisa mengerti sense electoral market lebih baik, saya kira itu penting. Saya kira bagi Golkar bukan hal baru merekrut para profesional yang bisa mendukung, mengevaluasi, bahkan mengkritisi bila perlu,” ucap Nyarwi.

Sebelumnya, dalam survei terbaru SMRC, Partai Golkar berada di peringkat tiga besar parpol Indonesia. Tapi, tantangannya ada pada karakteristik pemilih Golkar yang rentan.

Maka dari itu, Nyarwi bilang Golkar harus bekerja keras untuk menjaga pemilihnya dari sasaran mobilisasi partai lain menjelang pemilu.

“Kalau melihat aspek fluktuasi akan selalu terjadi. Di banyak data survei ada partai yang tingkat elektabilitasnya lebih rendah dari suara aktual pada Pemilu. Karena yang dilihat bukan lagi parpol tetapi sosok,” sebut Dosen Universitas Gajah Mada itu.

Dia menambahkan, sosok menjadi penting bagi calon pemilih. Sehingga, Golkar juga harus bekerja keras membuat elite mereka semakin dikenal publik. Terutama, kaum muda yang menjadi mayoritas pemilih pada 2024.

“Kadang sulit menarik minat anak muda untuk berkenalan dengan partai atau tokoh. Maka dibutuhkan brand ambassador dari politisi muda yang ada daya tarik dikalangan anak muda. Hanya saja branding bukan cuma media, pengaruh tokoh, tetapi daya tarik kebijakan, dan aspek yang menjadi baru, serta harapan pemilih,” tandasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
26o
Kurs