Senin, 29 April 2024

Sekjen Partai Gelora: Pelaksanaan Pileg dan Pilpres Bersamaan Tidak Menghasilkan Efesiensi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Mahfuz Sidik Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia. Foto : Faiz Fadjarudin

Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menilai, Pemilu 2024 adalah pemilu transisi yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia. Pengalaman pahit terjadinya pembelahan yang begitu luas dan dalam pada 2019 diharapkan tidak terjadi lagi.

Hal itu disampaikan Mahfuz Sidik Sekretaris Jenderal Partai Gelora saat diskusi daring bertajuk Menakar Format Koalisi Capres pada Pemilu 2024, Rabu (2/8/2028) sore.

“Saya kira kita semua telah bersepakat, bahwa Pemilu 2024 ini adalah pemilu transisi yang sangat penting bagi kita,” ucapnya.

Menurut Mahfuz, Indonesia pernah memiliki pengalaman pahit pada Pemilu 2019 karena terjadi pembelahan politik yang begitu luas dan dalam.

“Sampai akhirnya kita setiap hari harus disisipkan dengan kosa kata cebong, kampret dan seterusnya. Dan itu saya kira tidak perlu terjadi lagi,” katanya.

Mahfuz melanjutkan, ada satu modalitas penting yang sudah kita dapatkan hari-hari ini, yaitu partai-partai Islam telah terdistribusi di tiga formasi koalisi calon presiden (capres).

“Walau pun di partai kita ini banyak kejutan-kejutan sampai akhir, tapi mudah-mudahan kejutannya tidak sampai menjauhkan dari proses pemilu yang damai dan harmonis,” imbuhnya.

Sekjen Partai Gelora berharap kepentingan masyarakat secara umum tetap harus diutamakan, di manapun posisi politiknya. Sebab, pada akhirnya semua pihak akan memiliki titik-titik persamaan demi kepentingan publik yang lebih besar.

“Itu satu hal yang ingin saya highlight terus. Saya mau mengingatkan supaya Pileg tetap tidak tereliminasi isu Pilpres. Jangan sampai nanti capres kita sukses, tapi target di Pileg jadi berantakan, karena perhatian masyarakat begitu dominan dengan isu Pilpres,” katanya.

Partai Gelora, lanjut Mahfuz, sejak awal sudah meminta agar pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) dipisahkan.

Namun, hal itu ditolak oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan diputuskan pelaksanaan Pileg dan Pilpres tetap berlangsung serentak pada Pemilu 2024.

“Jadi, memang soal Pileg dan Pilpres ini perlu mendapatkan perhatian. Kami setahun yang lalu, meminta untuk meninjau kembali keputusan tentang penyelenggaraan Pileg dan Pilpres secara bersamaan. Dan mudah-mudahan ini bisa jadi agenda bersama nantinya,” harapnya.

Mahfuz menegaskan, pelaksanaan Pileg dan Pilpres secara bersamaan tidak menciptakan efisiensi, malahan sebaliknya. Pelaksanaan Pemilu justru kurang mendapatkan atensi dari pemilih.

“Karena kuatnya perhatian ke Pilpres dibandingkan ke Pileg, maka menyebabkan terjadinya pembelahan di akar rumput. Bahkan sudah 5 tahun berlalu, elitenya sudah terkonsolidasi, tapi sisa-sisa pembelahan di masyarakat ini yang nampaknya belum belum tuntas sampai sekarang,” jelasnya.

“Tapi mudah-mudahan pembelahan politik yang terjadi di 2019 ini tidak terjadi. Karena jika itu terjadi lagi, ongkos terbesar itu ditanggung oleh masyarakat,” pungkas Mahfuz.(faz/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
31o
Kurs