Minggu, 28 April 2024

Ganjar Pranowo: Pilih Mana Sekolah Gratis atau Makan Gratis?

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ganjar Pranowo Capres nomor urut 3 hadir dalam Hajatan Rakyat Yogyakarta, di Alun-Alun Wates, Kulonprogo, Yogyakarta, Minggu (28/1/2024). Foto: Istimewa

Ganjar Pranowo calon presiden (capres) nomor urut 3 menanyakan kepada massa yang hadir dalam Hajatan Rakyat Yogyakarta, di Alun-Alun Wates, Kulonprogo, Yogyakarta, Minggu (28/1/2024), apakah memilih sekolah gratis atau makan gratis.

Ganjar sempat menanyakan kepada Lilik, salah seorang ibu yang hadir.

“Ibu pilih sekolah gratis atau makan gratis?” tanya Ganjar. “Sekolah gratis pak,” Lilik menjawab.

“Kenapa pilih sekolah gratis?” tanya Ganjar lagi. “Karena pendidikan menentukan masa depan anak pak,” jawabnya lagi.

“Nah sekolah gratis itu adalah masa depan anak, itulah masa depan anak-anak bangsa,” kata Ganjar.

Maka sekolah gratis, lanjut Ganjar, betul menjadi cita-cita kita semua. Dia menceritakan bahwa dirinya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Ketika sekolah, orang tua Ganjar mengutang dan bahkan Ganjar mengaku pernah terlibat rentenir untuk membayar kuliah.

Itulah kenapa pendidikan 12 tahun minimal harus gratis, kata Ganjar. Kalau sudah gratis, lanjut dia, maka dirinya berkeinginan pendidikan lah yang akan mengubah nasib keluarganya.

“Maka dari keluarga miskin, dan saya kepingin pendidikan lah yang mengubah nasib keluarganya, maka satu keluarga miskin, satu sarjana,” papar mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) ini.

Ganjar menambahkan, dengan satu keluarga miskin satu sarjana itulah yang diharapkan nantinya mereka menjadi anak-anak yang hebat untuk bisa membantu keluarganya, membantu orangtuanya, karena mereka (anak-anak) pasti punya budi pekerti yang luhur.

Dalam kesempatan itu, Ganjar menyinggung pelarangan pentas seni yang dilakukan seniman sekaligus budayawan Butet Kartaredjasa, karena dalam pentas-pentas panggungnya kerap mengritik pemerintah.

“Akhirnya lokasi pentasnya dipindahkan ke Yogya, ternyata benar isinya mengkritik pemerintah semua. Itulah fungsi kritik, agar penguasa diingatkan, agar penguasa bisa mengasah rasa, sehingga menjadi peka dan tidak menjadi pekok (bodoh),” sindir Ganjar.

Dengan seni, dengan budaya, dengan kepekaan yang kita miliki, lanjut dia, maka Insyaallah tidak akan menjadi bodoh. (faz/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
33o
Kurs