Minggu, 5 Mei 2024

Pakar Nilai Pentingnya Komunikasi Politik yang Tepat untuk Jaga Kondusifitas Jatim di Momen Pemilu

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Nasrullah Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Foto: Dukut suarasurabaya.net

Jawa Timur (Jatim) seringkali dinilai sebagai provinsi paling dinamis menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres). Selain jumlah pemilih terbanyak setelah Jawa Barat, isu-isu sensitif sering muncul di Provinsi berjuluk Bumi Majapahit ini.

Selain itu, tokoh-tokoh sentral Jatim yang menjadi opinion leader nasional juga dinilai punya andil menghangatnya suhu politik di provinsi ini.

Nasrullah, Ketua Prodi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam pra-launching buku “Jurnalisme Profetik Perspektif Islam Berkemajuan”, Sabtu (13/1/2024), mengatakan dalam komunikasi politik Jatim sedang menghadapi ujian berat, terutama dalam Pilpres kali ini.

Menurutnya, Jatim merupakan provinsi dengan fragmentasi masyarakat yang paling majemuk. Budayanya terbentang dari kultur Mataraman, Tapal Kuda, Madura, hingga budaya Arek.

Hal ini mempengaruhi cara berkomunikasi yang lebih low-context. Gaya komunikasi ini dinilainya lebih terbuka, blak-blakan, tetapi cenderung tidak menyimpan dendam.

“Budaya semacam itu menjadi modal sosial yang baik. Pisuhan dan gojlokan, misalnya, tidak selalu berkonotasi negatif malah sebagai simbol keakraban,” ungkapnya.

Dalam kontestasi Pilpres kali ini, ada dua nama calon yang beririsan kuat dengan Jatim, yakni Mahfud MD Cawapres pendamping Ganjar Pranowo Capres nomor urut 3. Kemudian ada Muhaimin Iskandar, Cawapres Anies Baswedan Capres nomor urut 1.

Keduanya memiliki pengaruh kuat di basis pemilih Jatim. Di sisi lain kubu Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, juga mengklaim memiliki dukungan dari kelompok ulama NU dan Muhammadiyah Jawa Timur.

Salain itu, dinamika Jatim juga diwarnai oleh diberhentikannya ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar oleh PBNU. Tak pelak publik menilainya penuh dengan aroma politik.

Pada kesempatan itu, Nasrullah kemudian mengapresiasi kinerja kepolisian, khususnya Polda Jatim yang berhasil menjaga kondusifitas di tengah-tengah tarikan isu kenetralannya.

“Saya lihat pendekatan yang dilakukan oleh aparat dan kerjasama dengan masyarakat cukup baik,” puji Nasrullah yang juga menjadi salah satu penulis buku yang akan di-launching itu.

Untuk menjaga agar Pilpres tetap kondusif, Nasrullah menyarankan agar aparat tidak perlu terlalu represif terhadap ungkapan-ungkapan spontan masyarakat, termasuk di media sosial. Memonitor potensi konflik perlu, tetapi tidak perlu berlebihan. (bil/faz)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Minggu, 5 Mei 2024
31o
Kurs