Sabtu, 25 Mei 2024

Pembuatan Film Adaptasi Novel Bumi Manusia Dimulai Juli 2018

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Konfrensi Pers pembuatan film adaptasi dari Novel Bumi Manusia karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer di Studio Alam Gamplong, Sleman, Yogyakarta, Kamis malam (24/5/2018). Foto: Instagram @hanungbramantyo

Pengambilan gambar untuk film yang diadaptasi dari ‘Bumi Manusia’ karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer dimulai pada Juli 2018. Lokasi syutingnya berada di studio alam Gamplong di Yogyakarta, Semarang dan Belanda.

‘Bumi Manusia’ diproduksi oleh Falcon Pictures, dengan Hanung Pramantyo duduk di bangku sutradara dan Salman Aristo sebagai penulis naskah.

Sejak beberapa tahun lalu, sudah terdengar selentingan beberapa nama sutradara yang berminat mewujudkan karya Pram ke layar lebar.

Astuti Ananta Toer, putri ketiga Pram, membenarkan ada berbagai pihak yang ingin membeli hak untuk mewujudkan novel tersebut ke dalam bentuk film, termasuk orang dari luar Indonesia.

“Pertama pihak asing yang mau beli dengan nilai yang bagus, tapi kemudian Pram berpikir kenapa orang Indonesia tidak mau bikin film (dari novel) saya?,” tutur Astuti di Studio Alam Gamplong, Sleman, Yogyakarta, Kamis malam (24/5/2018).

Astuti menambahkan, ayahnya lebih membuka kesempatan untuk produser dari Tanah Air. Ketika ada beberapa produser Indonesia yang menyatakan keinginannya mengadaptasi ‘Bumi Manusia’, Pram menutup pintu kesepakatan dengan pihak dari luar Indonesia.

Sayangnya, kelanjutan proyek adaptasi ‘Bumi Manusia’ di tangan produser Indonesia juga tak kunjung terwujud dan terjadi berkali-kali.

Dia menyambut baik adaptasi ‘Bumi Manusia’ yang bisa dianggap sebagai pengakuan untuk apa yang telah dilakukan Pram selama ini. Ia juga berharap filmnya akan memuaskan.

Bagi Hanung, kesempatan menyutradarai film yang diadaptasi dari novel favoritnya itu terasa seperti impian jadi kenyataan.

“Saya pertama baca Bumi Manusia dari SMA, lalu baca saat kuliah,” ujar Hanung.

Keinginannya untuk menyutradarai film ini diutarakan langsung ketika dia mengunjungi Pram ke rumahnya.

“Pram cuma ketawa,” ungkapnya.

Antara melansir, setelah itu sastrawan Pramoedya Ananta Toer menjelaskan pada Hanung bahwa novel tersebut juga menarik minat sutradara Oliver Stone, tapi masih dipertimbangkan oleh Pram.

“Jadi mohon maaf kalau saya terkesan tidak mendukung seorang mahasiswa seperti bung karena saya adalah orang yang hidup dari menulis, jadi mohon bung bisa mengerti saya,” ujar Pram yang diceritakan Hanung Bramantyo.

Meski sempat kandas, namun impiannya hampir terwujud sejak datang tawaran membuat film ‘Bumi Manusia’. Dalam pembuatan film itu, ia mengajak penulis naskah Salman Aristo untuk bergabung namun ditolak karena ia merasa belum siap. Proyek itu akhirnya tidak berlanjut.

Sejak itu, Hanung terus menelurkan karya, termasuk film-film biopik tentang Ahmad Dahlan dalam ‘Sang Pencerah’, Soekarno sampai Kartini. Pada akhirnya, tawaran menghidupkan kisah Pram ke layar lebar kembali datang. Lagi-lagi Hanung meminta Salman Aristo untuk menulis naskah, kali ini permintaannya diterima.

“Barangkali dari perjalanan seperti itu saya dipertemukan kembali dengan Bumi Manusia. Mungkin kalau saat itu saya filmkan, Bumi Manusia akan jadi film period pertama yang saya bikin dan enggak akan maksimal karena saya masih belajar,” ujarnya

‘Bumi Manusia’ sendiri merupakan novel pertama dari tetralogi pulau buru yang berkisah tentang romansa Minke, pribumi revolusioner di zaman kolonial Belanda, dengan Annelies, gadis keturunan Belanda-Jawa. Ibu Annelies adalah seorang nyai bernama Nyai Ontosoroh.

‘Bumi Manusia’ ditulis ketika Pram mendekam di pulau Buru. Pram menulis kisah ini di bekas kertas bungkusan semen sebelum akhirnya ditulis pada 1975.

Novel yang kisahnya berlatar belakang kebangkitan nasional antara 1890 – 1918 ini sempat dilarang beredar pada masa Orde Baru. Kini buku tersebut sudah dicetak dalam 43 bahasa di seluruh dunia.

‘Bumi Manusia’ juga sudah diadaptasi ke dalam bentuk pementasan teater berjudul ‘Bunga Penutup Abad’ pada 2016 yang dimainkan oleh Reza Rahadian, Happy Salma dan Chelsea Islan.

Nama besar Pramoedya Ananta Toer juga terdengar hingga ke Eropa. Novel ‘Bumi Manusia’ juga pernah dijadikan materi kuliah sastra di Universitas Queen Mary London. (ant/tna/rst)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Sabtu, 25 Mei 2024
30o
Kurs