Jumat, 26 April 2024

Peran Musik Keroncong Hingga Hip-Hop dalam Film Asia Tenggara

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Garin Nugroho bersama Annisa Hertami dalam sesi Crossout Asia Festival Film Tokyo 2018 (Tokyo International Film Festival/TIFF), Jumat (26/10/2018). Foto: Antara

Sesi Crosscut Asia pada Festival Film Tokyo 2018 (TIFF) membahas bagaimana sejumlah film di Asia Tenggara menggunakan musik, mulai dari keroncong hingga hip-hop, guna menyampaikan pesan sejarah maupun politik.

Garin Nugroho yang hadir di Tokyo untuk film Ach…Aku Jatuh Cinta atau Chaotic Love Poems yang tampil pada Crosscut Asia mengatakan bahwa musik atau lagu merupakan sebuah penanda sejarah, juga bisa digunakan untuk menyampaikan pesan politik.

Sutradara Cinta Dalam Sepotong Roti itu menjelaskan kepada peserta simposium Crosscut Asia bahwa pada rezim Orde Baru di Indonesia, musik hingga puisi dijadikan media menyampaikan pesan-pesan tertentu.

“Semua lagu dalam film menyampaikan masa-masa tertentu dalam sebuah periode. Termasuk di Indonesia, lagu juga menyampaikan banyak elemen hidup, fesyen, style, politik, dan sosial,” kata Garin di Roppongi Hills Tokyo, Sabtu (27/10/2018).

“Menggambarkan kondisi sosial-politik, jadi berekspresi menggunakan puisi dan lagu,” ujar Garin dilansir Antara.

Ia menjelaskan, pengaruh musik bangsa Melayu banyak dipengaruhi teater Eropa dan nada-nada dari Timur Tengah. Sedangkan musik keroncong yang identik dengan instumen ukulele ternyata dipengaruhi dari Hawaii.

Hal itu menunjukkan bahwa musik bisa menjelaskan rangkaian sejarah dan budaya suatu bangsa.

“Melayu lebih ke teater, mengacu pada Comedy Istanbul, keroncong ada pengaruh dari Hawaii. Setelah perang dunia kedua, pengaruh musik Amerika kuat, sebelumnya dari Eropa dan Timur Tengah” katanya.

Sutradara Respeto asal Filipina, Treb Monteras II, juga menjelaskan bagaimana musik hip-hop digunakan melalui film untuk mengkritik era militer dan media memerangi narkoba di Filipina.

“Film ini (Respeto, red) menceritakan siklus kekerasan tak berujung di Filipina. Dari darurat militer pada 1970-an hingga ribuan orang yang tewas,” kata Treb Monteras di acara itu.

Treb mengatakan, memakai musik hip-hop memiliki tantangan sebab pesannya tidak segera sampai ke penonton karena dianggap seperti film-film Amerika 8 Mile atau Straight Outta Compton.

“Seolah kami memasarkan film seperti 8 Mile atau Straight Outta Compton. Padahal maknanya jauh lebih dari itu,” katanya.

Tahun ini TIFF dan Japan Foundation menggelar Crosscut Asia bertema Soundtrip to Southeast Asia yang berisi sembilan sinema antara lain Season Of The Devil, The Life Of Music, 15Malaysia, BNK48: Girls Don’t Cry, juga Chaotic Love Poems dan Respeto.(ant/tin)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs