Kamis, 25 April 2024

Selama Pandemi 2020, Permintaan Operasi Plastik di Korsel Meningkat

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ryu Han-na berpose sebelum menjalani operasi hidung di WooAhIn Plastic Surgery Clinic di Seoul, Korea Selatan, 17 Desember 2020. Foto: Reuters/Kim Hong-Ji

Ketika mahasiswi Korea Selatan Ryu Han-na (20) menjalani operasi plastik untuk hidungnya pada pertengahan Desember, alasannya sederhana: mungkin ini kesempatan terakhir untuk melakukannya secara diam-diam sebelum masyarakat mulai bepergian tanpa masker setelah vaksin didistribusikan.

Ryu, yang belajar secara daring sepanjang 2020, mengatakan kesempatan memulihkan diri di rumah dan memakai masker di luar rumah tanpa menarik perhatian adalah faktor penentu.

“Saya selalu ingin melakukan operasi hidung.. Saya kira sekarang waktu terbaik sebelum orang mulai melepas masker setelah vaksin tersedia pada 2021,” katanya sambil mempersiapkan biaya operasi senilai 4,4 juta won.

“Akan ada bekas memar dan bengkak akibat operasi, tapi karena kita semua pakai masker, tidak akan terlalu kentara,” katanya seperti dikutip dari Reuters yang dilansir Antara.

Anggapan itu meningkatkan permintaan operasi plastik di Korea Selatan yang melejit pada 2020.

Sebelum pandemi pun, negara ini jadi tujuan bedah kosmetik. Industri bedah kosmetik diperkirakan bernilai sekitar 10,7 miliar dolar AS pada 2020, naik 9,2 persen dibandingkan tahun lalu. Menurut platform bedah kosmetik daring Gangnam Unni, nilainya akan mencapai sekitar 11,8 miliar dolar AS pada 2021.

Ahli bedah kosmetik mengatakan, pasien tertarik memperbaiki seluruh bagian wajah dan bagian itu bisa disembunyikan di balik masker seperti hidung dan bibir. Ada juga bagian yang tidak tertutupi masker.

“Permintaan bedah dan nonbedah soal mata, alis, jembatan hidung dan dahu –satu-satunya bagian wajah yang terlihat– jelas meningkat,” kata Park Cheol-woo, seorang ahli bedah di Klinik Bedah Plastik WooAhIn, yang bertanggung jawab atas operasi Ryu.

Ahli bedah Shin Sang-ho, yang mengoperasikan Klinik Bedah Plastik Krismas di pusat distrik Gangnam, mengatakan banyak orang telah menghabiskan stimulus darurat dari pemerintah di rumah sakit dan klinik.

“Saya merasa ini semacam pengeluaran untuk balas dendam. Saya merasakan bahwa pelanggan mengekspresikan emosi terpendam mereka (dari virus corona) dengan melakukan prosedur kosmetik,” kata Shin.

Data pemerintah menunjukkan bahwa dari 14,2 triliun won bantuan tunai pemerintah, 10,6 persen digunakan di rumah sakit dan apotek, segmen terbesar ketiga menurut setelah supermarket dan restoran. Meskipun rincian jenis rumah sakit tidak diungkapkan.

Data Gangnam Unni menunjukkan, penggunanya melonjak 63 persen dari tahun sebelumnya menjadi sekitar 2,6 juta tahun lalu. Mereka meminta 1 juta sesi konseling, dua kali lipat jumlah dari tahun sebelumnya.

Klien dari negara asing sulit dijangkau untuk promosi selama pandemi, jadi tahun 2020 waktunya untuk fokus kepada klien domestik.

Namun gelombang ketiga virus corona di Korea Selatan tetap jadi perhatian seiring kasus harian yang jumlahnya memecahkan rekor.

“Semakin banyak pembatalan janji konsultasi baru-baru ini karena orang lebih banyak menahan diri untuk pergi keluar … terutama pelanggan dari pinggiran kota yang sebagian besar menunda operasi mereka hingga 2021,” kata Park.(ant/tin)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs