Selasa, 7 Mei 2024

Mahasiswa UGM Kembangkan Teknologi Penyerap Karbon Berbasis Sensor Cerdas

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Inovasi teknologi penyerap gas karbon ciptaan tim mahasiswa UGM. Foto: UGM Inovasi teknologi penyerap gas karbon ciptaan tim mahasiswa UGM. Foto: UGM

Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengembangkan inovasi teknologi penyerap gas karbon (CO2) terintegrasi yang bisa dipantau secara real time berbasis sensor cerdas.

“Teknologi yang kami kembangkan ini bisa menangkap gas CO2 dari udara melalui proses adsorpsi fisika dengan membran yang terbuat dari ekstrak tempurung kelapa,” kata Javier Ahmad Ketua Tim Pengembang Teknologi melaui UGM di Yogyakarta, Selasa (24/10/2023).

Dilansir dari Antara, Javier mengatakan, teknologi itu diberi nama “CAPTURE” atau Carbon Abatement, Performance Traking, and Utilization with Real Time Evaluation.

Pengembangan alat itu, kata dia, dilatarbelakangi keinginan untuk mendukung upaya Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca baik di tingkat regional maupun global.

Menurut dia, kendala terbesar dalam menyerap gas CO2 yang sudah terlepas ke atmosfer adalah luasnya area penyebaran sehingga diperlukan alat yang mampu mengarahkan udara mengandung CO2 ke dalam filter yang mampu secara spesifik menangkap CO2 dari udara.

Oleh sebab itu, dia bersama tim menggagas pengembangan teknologi untuk menangkap gas CO2 dari udara melalui proses adsorpsi fisika dengan membran yang terbuat dari ekstrak tempurung kelapa.

“Penangkapan CO2 dengan adsorpsi dianggap sebagai metode yang menjanjikan karena konsumsi energinya yang rendah selama regenerasi, biaya investasi yang rendah, dan tidak ada polutan atau produk sampingan yang dihasilkan,” ucap mahasiswa Teknik Fisika UGM.

kata Javier, pemanfaatan tempurung atau batok kelapa sebagai membran adsoprsi, karena keberadaannya yang sangat melimpah di Tanah Air dan belum dimanfaatkan secara optimal.

“Batok kelapa ini memiliki kadar abu yang rendah, mikropori yang banyak dan memiliki reaktivitas tinggi. Lalu, dari beberapa jurnal diketahui batok kelapa sudah banyak digunakan sebagai filter karbon dan menunjukkan hasil yang bagus,” tuturnya.

Wahyu T. Wicaksono anggota tim pengembang menambahkan, CAPTURE bekerja dengan menghisap udara ambien ke dalam sistem.

Udara yang masuk kemudian difiltrasi dengan filter makro dan filter karbon sebagai absorben sehingga hasilnya bisa dipantau secara langsung baik terkait kondisi udara maupun kualitas filter adsorben.

Udara bebas karbon dan kejenuhan filter juga dapat diamati secara real time.

“Rencananya alat digunakan pada bangunan hijau. Alat ini bekerja dengan menarik udara dari luar bangunan kemudian menangkap unsur karbon yang ada di udara tersebut kemudian meneruskan udara yang sudah bersih ke dalam bangunan hijau tersebut,” ujar dia.(ant/ath/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 7 Mei 2024
29o
Kurs