Minggu, 5 Mei 2024

Terapi Radiasi Dibutuhkan 50-60 Persen Pasien Kanker

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Peralatan radioterapi di pusat kanker 'Adi Husada Cancer Center (AHCC)' Surabaya, Jawa Timur, Foto : Antara Ilustrasi - Peralatan radioterapi di pusat kanker 'Adi Husada Cancer Center (AHCC)' Surabaya, Jawa Timur, Foto : Antara

Angela Giselvania Dokter spesialis onkologi radiasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menyebut, sekitar 50-60 persen pasien kanker memerlukan terapi pengobatan dengan radiasi. Tujuannya mendukung pengobatan kanker selain bedah dan kemoterapi selama proses penyembuhannya.

“Peran radiasi itu sifatnya saling membantu bersama dengan bedah dan kemoterapi, tergantung dari jenis sel kankernya dan stadiumnya, tapi sekitar 50-60 persen pasien yang kanker pasti membutuhkan radiasi dalam pengobatannya,” kata Angela dilansir Antara pada Senin (5/2/2024).

Dokter yang menamatkan studi di Universitas Indonesia ini mengatakan, terapi radiasi atau disebut radioterapi, berguna untuk membunuh benih-benih kanker yang sekiranya masih tersisa setelah pembedahan dan kemoterapi dilakukan pasien kanker agar pasien bersih dari kanker.

Untuk beberapa penyakit kanker seperti kanker leher rahim stadium 2B, kanker otot, atau kanker otak, terapi radiasi bisa dilakukan tanpa operasi pembedahan terlebih dahulu. Terapi radiasi juga dilakukan untuk mengurangi perdarahan pada jenis kanker tertentu dan mengurangi rasa nyeri hebat yang kerap dialami pasien kanker.

Terapi radiasi juga menjadi salah satu alternatif jika pasien kanker memang tidak memungkinkan untuk menjalani operasi pengangkatan kankernya.

“Justru biasanya pasien-pasien yang tidak memungkinkan untuk dibedah atau kondisinya tidak cukup fit untuk dibedah, radiasi salah satu alternatifnya, jadi kalau diradiasi itu pasien tidak akan merasakan sesuatu atau melihat sesuatu, radiasi kan tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jadi seperti kalau kita CT Scan,” beber Angela.

Angela mengatakan terapi radiasi juga terbilang aman, karena teknologi dan mesin yang sudah jauh lebih canggih, alat hanya akan meradiasi sel kanker yang perlu dihilangkan sehingga jaringan lain di sekitar kanker akan aman.

Namun, setiap proses pengobatan tidak menampik akan ada efek sampingnya pada tubuh. Pada terapi radiasi, Angela menjelaskan ada beberapa efek samping saat menjalani proses radiasi, seperti diare jika diradiasi sekitar perut dan kulit yang akan cenderung berubah warna, namun tidak sampai gosong atau terbakar dan akan pulih setelah terapi selesai.

Ia juga berharap semakin banyak rumah sakit yang menyediakan terapi radiasi, karena saat ini rumah sakit yang menyediakan terapi radiasi masih belum sebanding dengan jumlah pasien kanker di Indonesia yang cukup tinggi.

Seringkali pasien harus mendaftar beberapa bulan sebelumnya untuk mendapatkan jadwal terapi radiasi karena alat yang masih terbatas.

Angela mengingatkan untuk lebih memperhatikan kesehatan agar mencegah kanker dengan menjalani pola hidup sehat. Bila terdapat benjolan atau perubahan di jaringan kulit segera berobat ke dokter untuk penanganan yang lebih dini. (ant/ike/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Minggu, 5 Mei 2024
26o
Kurs