Meski batik sudah diklaim sebagai produk Malaysia, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur tetap melindungi motif batik yang dihasilkan perajin Jawa Timur.
Ir CIPTO BUDIONO Kadisperindag Jawa Timur pada suarasurabaya.net, Kamis (22/11), mengatakan, sejak 3 tahun lalu pihaknya melakukan sosialisasi dan edukasi ke perajin. Hasilnya, ada 168 motif batik yang layak dipatenkan.
“Jadi motif-motif yang dihasilkan perajin, kita lindungi dengan mematenkan ke Departemen Hukum, HAM dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Biaya per motif sebesar Rp 450 ribu,”ujarnya.
Dari 168 motif batik, kata CIPTO, terbanyak dari Madura. Seluruh kabupaten di Madura, mulai Pamekasan, Sampang, Sumenep dan Bangkalan, merupakan sentra kerajinan batik.
Dengan mematenkan motif batik perajin Jawa Timur, tegas CIPTO, bisa menghindari pencaplokan dari Malaysia. Karena batik yang diklaim Malaysia memiliki motif berbeda.
“Jadi kalau di Malaysia ditemukan motif batik milik perajin Jawa Timur, kita bisa komplain mereka. Karena jelas-jelas motif mereka tidak sama dengan perajin kita,”tukasnya.
Mengenai pasar ekspor batik Jawa Timur, papar CIPTO, hampir 50% terserap ke Eropa, sisanya Amerika dan ASEAN. Ekspor kerajinan keluar negeri sekitar 15%, dimana 7% diantaranya kontribusi batik.
Perkembangan batik di Jawa Timur, diakui CIPTO, banyak kemajuan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Sebelumnya hanya ada 12 kabupaten/kota masuk daerah penghasil batik, saat ini bertambah jadi 21 kabupaten/kota.
“Dari corak semakin beragam dengan bahan yang berbeda. Dulu dominasi dengan bahan katun dan mori sekarang berkembang ke sutra baik sutra biasa maupun tenun termasuk perwarnaan alam,”terangnya.
Guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perajin, Disperindag Jawa Timur juga mengirim perajin ke ahli batik yang berada di Yogyakarta. belajar desain dan pewarnaan alam. Ini berlangsung sejak tahun 2006, sebanyak 2 angkatan, tahun 2 angkatan dan tahun 2008 sebanyak 4 angkatan. (tin)
NOW ON AIR SSFM 100
