Warga Palestina di Gaza menggambarkan betapa mengerikannya pengeboman yang dilakukan Militer Israel pada hari Selasa (10/10/2023) kemarin.
Israel pada Jalur Gaza dengan serangan udara paling sengit dalam 75 tahun konfliknya dengan Palestina. Serangan itu menyebabkan warga Gaza harus melarikan diri ke tempat yang aman.
Dilansir dari Reuters, Rabu (11/10/2023), warga Palestina menggambarkan serangan itu seperti menjalani “Nakba” yang dalam Bahasa Arab berarti bencana mengacu pada perang yang diciptakan Israel pada 1948 silam.
“Situasinya gila, benar-benar tidak ada tempat yang aman. Saya secara pribadi telah mengungsi tiga kali sejak kemarin,” kata Plestia Alaqad warga Gaza.
Alaqad merekam kehidupan pribadinya di bawah hujan bom, kemudian mengunggahnya di laman Instagram pribadinya.
Setelah apartemennya dihantam bom, dia mengungsi ke rumah temannya. Tapi, kemudian mendapat telepon rumah itu akan menjadi sasaran juga.
Setelah tinggal sebentar di rumah sakit untuk mengisi daya teleponnya, dia menuju ke rumah lain untuk berlindung bersama para jurnalis.
“Saya sekarang mengerti apa yang kakek saya ceritakan tentang 1948 dan Nakba. Saya berusia 22 tahun, dan kemarin saya memahami Nakba sepenuhnya,” ungkapnya.
Radwan Abu al-Kass seorang instruktur tinju dan ayah dari tiga anak, menyebut rumahnya berlantai lima di distrik al-Rimal telah hancur akibat pemboman pada Senin malam.
“Kami tidak pernah membayangkan rumah kami bisa menjadi tumpukan puing. Hanya itu yang terjadi sekarang,” katanya.
Al-Kass dan anak-anaknya kini mencari perlindungan di rumah temannya yang berjarak beberapa kilometer jauhnya. “Ini seperti 1948 bagi kami. Sama saja. Ini Nakba yang lain,” terangnya.(saf/rid)