
Lukman Leong analis mata uang Doo Financial Futures memprediksi penguatan kurs rupiah seiring kekhawatiran shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS) yang hampir 100 persen.
Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan, hari Selasa (30/9/2025), di Jakarta, melemah sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.683 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.680 per dolar AS.
Penutupan pemerintah atau shutdown ialah situasi ketika kongres gagal menyepakati anggaran belanja yang diperlukan.
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang tertekan oleh kekhawatiran ‘shutdown’ pemerintah AS,” ujarnya, dilansir dari Antara, pada Selasa (30/9/2025).
Donald Trump Presiden AS, seperti dilaporkan Sputnik, dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Kongres dari Partai Republik dan Demokrat, pada Senin (29/9/2025), untuk membahas pendanaan pemerintah di tengah kemungkinan terjadinya penutupan pemerintah.
Pertemuan tersebut berlangsung menjelang tenggat waktu 30 September, yang akan menentukan apakah pemerintah federal tetap beroperasi atau menghadapi penutupan.
Adapun pejabat yang akan hadir dalam pertemuan itu ialah Mike Johnson Ketua DPR AS dan John Thune Pemimpin Mayoritas Senat, serta Hakeem Jeffries Pemimpin Demokrat DPR AS dan Chuck Schumer Pemimpin Minoritas Senat.
Trump sebelumnya meminta anggota Kongres dari Partai Republik untuk memberikan suara guna memperpanjang sementara pendanaan pemerintah guna menghindari penutupan, seraya menuduh Partai Demokrat berusaha memicu penutupan pemerintah.
Trump menyalahkan Demokrat atas penutupan tersebut karena kebuntuan negosiasi pendanaan sementara di Kongres.
Pada 1 Oktober, AS memulai tahun fiskal baru tanpa anggaran. Jika Capitol Hill gagal meloloskan setidaknya resolusi sementara untuk melanjutkan pendanaan pemerintah dalam jangka pendek, lembaga-lembaga federal berisiko ditutup tanpa batas waktu.
Dengan adanya penutupan pemerintah, kata Lukman, maka kegiatan non esensial pemerintah akan berhenti beroperasi, serta data-data ekonomi terancam takkan dirilis karena sebagian pekerja bakal dirumahkan.
“Hal ini akan sangat mengganggu kegiatan ekonomi di AS dan memperuncing perseteruan antara Republik dan Demokrat. Semua ini menekan dolar AS,” ujar dia.
Selain itu, penguatan kurs rupiah bakal terbatas mengingat investor cenderung wait and see menantikan serangkaian data pekerjaan AS pekan ini, terutama Non-Farm Payrolls (NFP).
“Data NFP diperkirakan akan menunjukkan penambahan 50 ribu pekerjaan, walau lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Namun, angka ini masih jauh lebih kecil dari normal yang rata-rata di atas 100 ribu,” ujar Lukman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diprediksi berkisar Rp16.600-Rp16.700 per dolar AS.(ant/dis/iss)