Jumat, 24 Mei 2024
Jalan Panjang Pasokan Jargas untuk Rakyat

Manfaat Gas Biru untuk Warga Mlati Baru

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Sasya duduk di bangku biru belakang rumah kakeknya saat petugas PGN Solutiun melakukan pengecekan jargas di rumah itu, Jumat (9/9/2016). Foto : Denza suarasurabaya.net

Sasya duduk di bangku biru ketika Ibunya menggendong sang adik yang masih bayi di teras rumah, Jumat (9/9/2016) sore. Rumah Sasya hanya berjarak beberapa langkah dengan rumah Suyoto, kakeknya, pemilik rumah makan Soto Ayam Pak Banjar yang ada di Jalan Mlaten Trenggulun.

Seperti suasana kampung kebanyakan, kawasan RT 001, RW 07, Kelurahan Mlati Baru, Kecamatan Semarang Timur, sore itu berubah sejuk ketika rintik hujan baru saja membasahi jalanan kampung. Antar tetangga bercengkerama, berbincang di halaman rumah.

Ibu Sasya turut dalam perbincangan ringan, hingga tiba-tiba datang rombongan beberapa orang. Satu diantara rombongan itu mengenakan seragam oranye dan menenteng alat berbentuk kotak di tangannya.

Langkahnya pasti, lalu berhenti di hadapan rangkaian pipa kuning dengan meteran yang menempel di tembok belakang rumah Suyoto. Kemudian, pria itu sibuk mengecek pipa dengan alat di tangannya.

Sasya yang duduk tak jauh dari pipa itu hanya menggoyang-goyangkan kaki. Cukup lama Sasya melihat petugas berhelm putih itu dengan heran.

Pipa yang sedang dicek oleh petugas dengan laser methane mini, alat pendeteksi kebocoran gas alam, itu adalah pipa jaringan gas bumi untuk rumah tangga (jargas) yang dikelola oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN).

Pengecekan kebocoran pipa jargas dilakukan secara berkala, terutama untuk jaringan yang baru terpasang. Seperti pipa Jargas di kelurahan Mlati Baru, Semarang Timur, yang memang baru dipasang awal tahun 2016.

Widji Astuti, Lurah Mlati Baru menyebutkan, ada seribu rumah di kelurahannya. Tapi baru 400-an rumah, termasuk rumah Sasya dan rumah Suyoto, kakek Sasya, yang sudah terpasang sambungan jargas.

“Masih ada tiga RW yang belum terpasang jaringannya, RW 01, RW 02, dan sebagian RW 03,” ujar Widji Astuti kepada suarasurabaya.net. Ada sembilan RW di Kelurahan Mlati Baru.

“Dulu, awal-awal sosialisasi, memang banyak yang menolak. Setelah tahu manfaatnya, sekarang malah minta dipasang,” katanya.

Soto Ayam Pak Banjar adalah satu diantara sejumlah kecil usaha rumah tangga di kelurahan itu yang telah memanfaatkan jargas selama kurang lebih enam bulan.

Selain Soto Ayam Pak Banjar, ada usaha Rumah Makan Padang milik Sulasmi di RT dan RW yang sama, sudah memanfaatkan bahan bakar gas yang apinya memang biru.

Rudi Yatmoko, ayah Sasya mengatakan, belum bisa mengukur penghematan biaya operasional dengan penggunaan jargas PGN untuk usaha rumah makan Soto Ayam Pak Banjar. Sehari-hari, Rudi bekerja di rumah makan milik ayahnya itu.

Ayah Sasya justru sudah bisa mengukur efisiensi dan keamanan menggunakan jargas daripada LPG tabung tiga kilogram di rumahnya. Dalam keluarga kecil itu, Rudi adalah ayah yang jago memasak dan tahu detil keperluan dapur.

“Sebulan biasanya habis dua tabung. Repotnya, harus beli keluar, terus mengganti sendiri tabungnya. Kadang khawatir juga kalau karet pengamannya rusak,” ujarnya setelah menggoreng lauk makan malam untuk dirinya, istrinya, dan Sasya.

Rudi menilai, biaya yang dia keluarkan, antara LPG tabung tiga kilogram dengan jargas PGN, tidak jauh berbeda. Dalam sebulan, rata-rata dia harus membayar tagihan jargas sebesar Rp35 ribu.

“Kalau sering masak, bisa sampai Rp40 ribu per bulan. Tapi bedanya ya itu, sudah tidak perlu lagi repot beli keluar rumah dan mengganti sendiri tabung gasnya, jadi menurut saya lebih aman,” ujarnya.

Upaya PGN agar jargas menyentuh masyarakat Semarang tidak semulus yang dikira. Warga Mlati Baru pernah mendapat pengalaman buruk. Nyaris sebulan, jargas di Mlati Baru terhenti. Bertepatan Ramadan 1437 Hijriah, sekitar Juni 2016 lalu.

Manshur Ketua RT 002, RW 07 mengingat, bagaimana dia sangat menyayangkan peristiwa itu. Saat itu, warga muslim di kampung Mlati Baru harus kembali ke tabung LPG untuk memenuhi kebutuhan memasak untuk sahur dan berbuka.

“Saya sempat menanyakan ke PGN. Alasannya karena pasokannya terganggu. Katanya ada masalah komunikasi tingkat tinggi, antar instansi,” kata Manshur ketika ditemui di rumahnya.

Sementara, Siti Fatimah, istri Ketua RW 08 Mlati Baru mengatakan, warga di lingkungannya mulai terbiasa dengan jargas. Sudah berbulan-bulan, mereka tidak lagi membeli LPG tabung. Peristiwa terhentinya pasokan gas saat Ramadan agaknya menimbulkan trauma.

“Iya, warga sudah biasa. Memang lebih enak, lebih murah. Tapi kalau mati seperti Ramadan kemarin, kami susah. Waktu itu warga sini akhirnya beli gas tiga kilo lagi,” ujarnya.

Informasi yang dihimpun suarasurabaya.net, distribusi gas di Mlati Baru waktu itu terhenti karena adanya ketidaksinkronan penghitungan meteran jargas antara PT PGN yang ditunjuk oleh Kementerian ESDM sebagai pengelola, dengan perusahaan swasta yang bertugas sebagai transporter gas dari hulu Sumur Gas Cepu.

PT Sumber Petrindo Perkasa (SPP) sebagai perusahaan transporter swasta yang terlibat dalam pendistribusian gas rumah tangga ini sempat menghentikan pasokan gas ke Mlati Baru selama hampir tiga minggu.

Mengenai hal ini, Edy Sukamto Area Head PGN Semarang mengatakan, masalah yang terjadi saat itu dapat menjadi pelajaran berharga dalam penyediaan jargas bagi masyarakat.

“Sinergi dalam bisnis migas dari hulu, transporter, sampai ke distributor menjadi kuncinya. Sehingga masyarakat tidak merasakan dampaknya,” katanya.

PGN Targetkan 4 Ribu Sambungan Rumah Tangga Akhir 2016

PT PGN (Persero) Tbk saat ini telah mendistribusikan gas melalui pipa ke rumah tangga di Semarang dengan dua sumber pendanaan.

Pertama, murni menggunakan anggaran PGN melalui Pressure Reducing Station (stasiun penurunan tekanan/PRS) di Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Program ini disebut PGN Sayang Ibu.

Edy Sukamto Area Head PGN semarang menjelaskan, fasilitas klaster Compressed Natural Gas (CNG) sepanjang 9 kilometer di Tambak Aji telah beroperasi sejak 2015 lalu.

“Sekarang sudah mengaliri gas ke 150 rumah tangga dan 9 industri di sekitar. Akhir tahun nanti, kami akan menyalurkan gas ke empat industri di kawasan Wijaya Kusuma,” ujarnya di PRS Tambak Aji, Kamis (8/9/2016).

Adapun sumber pendanaan kedua, 100 persen dari APBN. Yakni menyediakan pasokan 0,2 Milion Standar Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau setara 200 ribu meter kubik per hari untuk konsumen rumah tangga di Semarang.

Jalur distribusi jaringan gas untuk rumah tangga (jargas) ini, dari Sumur Gas Gundih, Cepu, Blora milik PT Pertamina EP, disalurkan oleh PT Sumber Petrindo Perkasa (SPP) perusahaan transporter gas swasta, ke Semarang.

“Dari kapasitas 200 ribu meter kubik per hari itu, yang terserap baru 5.000 meter kubik per hari untuk sekitar 450 jaringan gas rumah tangga di Mlati Baru,” ujarnya.

PT PGN (Persero) Tbk menargetkan, akan terpasang 4.000 sambungan rumah tangga (SRT) di Semarang Timur, akhir tahun ini. Tidak hanya di Mlati Baru, juga di tiga Kelurahan lainnya. Antara lain Kelurahan Rejosari, Bugangan, dan Karang Tempel.

Target pemasangan 4.000 SRT di Semarang ini memang harus dipenuhi pada akhir tahun ini. Sebab, PGN masih punya pekerjaan rumah untuk mengembangkan jargas di Jawa Tengah dengan target 20 ribu SRT pada 2017.

Selain itu, PGN juga berencana mengalihkan hulu pasokan gas rumah tangga dari Sumur Gas milik Pertamina EP di Blok Gundih, Cepu, Blora ke Onshore Reciefing Facilities (ORF) Tambak Lorok yang dikelola PT Kalimantan Jawa Gas (KJG), anak perusahaan PT PGN (Persero) Tbk.

“Ini supaya pasokan gas ke masyarakat Semarang lebih terjamin,” ujar Edy.

Sekadar diketahui, sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) nomor 3337.K/12/MEM/2015 per 10 juli 2015 lalu, PGN mendapat penugasan mengelola Jargas milik pemerintah sebanyak 43.337 SRT yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

Antara lain di sejumlah rusun Jabodetabek, Kota Bogor, Cirebon, Palembang, Surabaya, Depok, Tarakan, Bekasi, Sorong, Blora, dan Semarang. Seluruh SRT tersebut harus mengalir pada 2016 ini.

Tidak hanya itu, PGN juga mendapat tugas membangun 49 ribu sambungan jargas baru di Surabaya, Batam, dan Tarakan, sesuai Kepmen ESDM 4823/K/12/MEM/2015 per 28 November 2015 lalu.

Di luar tugas-tugas itu, saat ini PGN telah mengelola 103.121 pelanggan rumah tangga sebagai bagian dari program PGN Sayang Ibu, yang ada di berbagai daerah di Indonesia.

Sambungan untuk pelanggan rumah tangga program PGN Sayang Ibu di atas, sudah terpasang seluruhnya di beberapa daerah, termasuk di Semarang.

PGN masih berencana memperlus sambungan gas rumah tangga dalam program ini. Yakni menambah 110.000 SRT di beberapa wilayah Indonesia, hingga 2019 mendatang.

Melalui upaya ini, PGN berharap kehadiran gas biru melalui sambungan pipa ke rumah tangga, membawa manfaat luas bagi masyarakat. (den/fik)

Teks Foto :
-Salah seorang warga di RW 08 Kelurahan Mlati Baru menata beranda rumahnya. Sebanyak 450 rumah tangga di kelurahan Mlati Baru sudah menikmati jargas PGN.
-Onshore Reciefing Facilities (ORF) Tambak Lorok yang dikelola PT Kalimantan Jawa Gas (KJG). Rencananya, hulu gas rumah tangga di Semarang akan dialirkan dari fasilitas ini.
Foto-Foto : Denza suarasurabaya.net

Bagikan
Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Jumat, 24 Mei 2024
32o
Kurs