Rabu, 13 November 2024

Fokus Kapal Perang, PT PAL Indonesia Kurangi Porsi Pembuatan Kapal Niaga

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Turitan Indaryo Direktur Pembangunan Kapal PT PAL. Foto: Anggi suarasurabaya.net

PT PAL Indonesia masih fokus memproduksi kapal perang dibandingkan pembuatan kapal niaga. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengandalkan pesanan dari Kementerian Pertahanan dan TNI AL sebagai sumber pendapatan utama.

Turitan Indaryo Direktur Pembangunan Kapal PT PAL Indonesia mengatakan, saat ini kebutuhan kapal perang lebih dominan dari kapal niaga. Saat ini porsi pembuatan kapal perang sudah mencapai 80 persen.

“Kebutuhan sekarang kapal perang lebih dominan. Jadi kita agak mengurangi porsi yang niaga. Yang pesan kapal perang banyak dari TNI dan Kemenhan. Kita juga mau development tender region Asia,” kata Turitan, Jumat (2/8/2019).

Sekedar diketahui, PT PAL tengah menggarap beberapa kapal pesanan TNI dan Kementerian Pertahanan. Saat ini, ada dua unit Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter yang mulai dilakukan pemotongan baja pertama (first steel cutting) hari ini dan ditargetkan rampung pada Mei 2022.

Selain itu, PT PAL Indonesia juga mendapat kepercayaan dari TNI Angkatan Laut untuk memperkuat armadanya, yaitu dengan pengadaan satu unit Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS). Kapal Bantu Rumah Sakit ini ditargetkan rampung pada Oktober 2021.

“Kapal Bantu Rumah Sakit itu nanti akan dilengkapi peralatan kesehatan yang canggih, desainnya juga akan dibuat lebih futuristik tanpa mengurangi asasinya sebagai rumah sakit,” kata Turitan.

Fokus PT PAL Indonesia untuk menggarap kapal perang ini juga disebabkan karena bisnis pembangunan kapal niaga yang kian melesu. Ini karena banyak perusahaan niaga yang cenderung membeli kapal bekas, daripada membangun kapal baru.

Budiman Saleh Direktur Utama PT PAL Indonesia mengatakan, harga kapal baru memang jauh lebih mahal dibandingkan dengan kapal bekas. Selain mahal, produksi kapal niaga juga membutuhkan waktu cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.

“Kondisi lesu ini sudah terpantau lesu sejak 2014 lalu. Banyak yang lebih suka kapal bekas daripada kapal baru. Rata-rata karena harganya. Kalau kapal baru itu harganya bisa sekitar Rp4 miliar. Sedangkan kapal besar bisa dibawah Rp1 miliar,” kata dia, Senin (25/2/2019).

Untuk itu, PT PAL akan lebih fokus pada galangan kapal perang guna memenuhi kebutuhan tugas pokok dan fungsi TNI khususnya Matra Laut. Secara berkelanjutan, PT PAL akan terus berinovasi untuk menguasai teknologi industri maritim.

Sehingga menghasilkan produk yang tepat mutu, tepat guna dan tepat kualitas. Sebab, menurutnya keamanan maritim juga akan mempengaruhi transaksi perdagangan di Indonesia.

“Pasar kapal niaga sekarang lesu. Jadi kami konsen keamanan maritim dulu. Karena kalau maritim aman, proses dagang pun juga akan aman,” kata dia. (ang/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 13 November 2024
28o
Kurs