Jumat, 26 April 2024

Profil Risiko untuk Acuan Investasi di Masa Pasca Pandemi

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi.

Sektor pasar modal menjadi salah satu bidang yang terdampak pandemi Covid-19. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) indeks harga saham mengalami penurunan pada Maret 2020. Pasalnya banyak perusahaan atau investor yang menjual sahamnya.

Menanggapi hal tersebut, Dr. Fitri Ismiyanti pakar Manajemen Universitas Airlangga menuturkan bahwa saat terjadi pandemi atau krisis yang tidak terduga seperti saat ini, para investor tetap harus fokus pada investasi yang dilakukan dengan tidak memandang nominal yang akan diinvestasikan.

Dengan berkurangnya penghasilan selama pademi, investor tetap dapat melakukan investasi dengan memilih produk investasi yang biasa dipilih oleh investor individual. Salah satunya yang menjadi gairah baru dalam produk investasi masa pandemi ini adalah investasi emas dan Reksadana.

“Jadi lebih mengarah pada produk-produk investasi murah dengan angka yang kecil. Untuk peluang investasi emas ini mulai dari Rp50.000 sampai Rp100.000, Reksadana juga menjadi produk yang pas pada saat pandemi ini,” tutur dosen yang memiliki fokus keahlian manajemen risiko dan manajemen strategis tersebut pada Rabu (7/4/21).

Investasi emas dipilih karena lebih stabil dari masa ke masa. Selain itu, properti juga menjadi salah satu tren investasi karena penjualannya saat ini menurun dan harganya juga mulai mengarah pada harga wajar. “Sehingga ini bisa dijadikan sebagai salah satu pandangan investasi di masa pandemi saat ini,” tambahnya.

Fitri mengungkapkan masa pandemi saat ini menjadi momentum bagi para investor untuk mulai mencoba mengatur ruang investasi. Tujuannya antara lain mengamankan dana darurat atau mencari peluang keuntungan yang besar. Tujuan tersebut, sambungnya, disesuaikan dengan preferensi risiko masing-masing investor untuk profil risikonya.

Dengan memperhatikan investasi di pasar modal yang mayoritas investasi jangka panjang, dibutuhkan dana tunai yang lebih besar. Sehingga alokasi antara dana darurat dan dana investasi perlu dipisah saat kondisi pandemi saat ini.

Untuk permasalahan tersebut, berbeda bagi investor yang sudah lama berkecimpung di pasar modal. Para investor fokus kepada investasi yang dilakukan sekaligus mengevaluasi performa dari portofolio investasi profil risiko perusahaan yang dipilih.

“Kalau melihat secara teori, sebenarnya preferensi risiko dari masing-masing perusahaan, investor dibagi menjadi tiga, investasi yang tidak menyukai risiko (risk averse), yang netral terhadap risiko (risk neutral), dan yang menyukai risiko (risk seeker),” tuturnya berdasarkan rilis yang diterima suarasurabaya.net.

Evaluasi Investasi

Untuk keadaan pasca pandemi, Fitri menjelaskan bahwa kondisi ekonomi termasuk dalam kurang kondusif. Ada baiknya dimulai dengan mengevaluasi hasil investasi selama setahun berjalan.

Baginya, investor yang termasuk dalam termasuk investor risk moderat dengan nilai dana darurat yang lebih dari cukup dan berkeinginan investasi pada saham-saham yang berisiko. Maka lebih baik memilih perusahaan yang memiliki fundamental value yang lebih bagus.

“Saran saya sih, mulai mencoba beralih pada investasi yang tingkat pengembalian yang lebih besar. Salah satunya berarti harus mengubah profil risiko dari yang risk averse menjadi risk seeker tapi harus berhati-hati juga dengan dana darurat harus kita persiapkan,” terangnya.

Investor risk moderat saat ini tetap lebih banyak investasi pada Reksadana campuran. Tujuan utamanya adalah pada untuk menjaga pengembalian imbal hasil investasi agar tidak berisiko terlalu tinggi di masa pandemi ini. Juga bisa memilih Corporate Bond atau obligasi korporasi yang bisa mendatangkan keuntungan tidak sebesar saham sehingga dapat mengurangi porsi investasi pada instrumen yang berisiko menengah.

“Intinya di dalam konsep dasar investasi selama pandemi ini terlepas dari apakah kita tipe-tipe investor yang harus atau yang moderat. Tujuan investasi itu adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi dan investasi itu adalah uang menganggur di luar dana darurat. Maka sebaiknya tetap harus kita pilih-pilih risiko yang sesuai di masa sekarang ini,” pungkasnya.

Sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia, UNAIR mendukung riset dan penelitian yang dilakukan oleh para pakar dan dosen agar dapat memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat.(tin)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
26o
Kurs