Selasa, 23 April 2024

INDEF Menilai Melandainya Inflasi Jelang Nataru 2023 Indikator yang Baik buat Perekonomian Nasional

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Inflasi di Indonesia menjelang pergantian tahun terdeteksi melandai dibandingkan tingkat inflasi bulan sebelumnya.

Secara tahunan, inflasi November 2022 tercatat sebanyak 5,42 persen (year on year), menurun dibanding inflasi bulan Oktober 2022 di angka 5,71 persen (year on year).

Penurunan itu ditopang inflasi volatile food (VF) yang menurun karena extra effort pengendalian inflasi seluruh pihak di tengah inflasi Administered Prices (AP) yang masih tinggi. Sementara secara bulanan, pada November tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (month to month).

“Pencapaian inflasi Indonesia masih tetap terkendali di tengah tren inflasi tinggi yang masih terjadi di berbagai negara. Seperti Uni Eropa sekarang inflasinya tercatat 10 persen (yoy) pada November 2022. Kemudian, India dan AS yang realisasi inflasinya masing-masing tercatat 6,77 persen (yoy) dan 7,7 persen (yoy),” ungkap Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Jumat (2/12/2022), di Jakarta.

Menanggapi itu, Nailul Huda Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan, pelandaian inflasi pada November 2022 menjadi modal yang baik jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

Karena akhir tahun identik dengan kenaikan harga berbagai macam kebutuhan.

“Ini modal yang cukup baik mengingat akhir tahun sudah mulai naik harga-harga kebutuhan secara umum. Harga telur sudah mulai menanjak,” katanya, Jumat (2/12/2022).

Komponen volatile food tercatat mengalami deflasi -0,22 persen (mtm) atau 5,70 persen (yoy). Beberapa komoditas pangan yang menyumbang inflasi November yaitu telur ayam ras, tomat, beras, tempe, tahu mentah dan bawang merah.

Sementara, komoditas yang menyumbang andil deflasi month to month yaitu cabai merah dan cabai rawit masing-masing -0,08 persen dan -0,03 persen.

“Harga telur mengalami kenaikan disebabkan pasokan yang terbatas di tengah peningkatan permintaan sepanjang November,” ungkapnya.

Menurut Nailul, penyumbang utama inflasi bulan November 2022 adalah sektor transportasi yang lebih tinggi ketimbang sektor pangan.

“Inflasi bulan November ini masih disebabkan oleh transportasi yang inflasinya masih di angka 15 persen. Sedangkan inflasi makanan, minuman, dan tembakau berada di angka 5,87 persen,” tambahnya.

Kenaikan BBM beberapa saat lalu, sambung Nailul, masih menyisakan dampak ganda pada sektor transportasi.

“Jadi, memang efek domino kenaikan harga BBM sudah mereda. Tapi, efek ke transportasi masih terjadi hingga kini,” pungkasnya.

Sementara itu, Rudi Purwono Ekonom dari Universitas Airlangga mengatakan, ada dampak positif dari Hari Raya Natal dan Tahun Baru untuk perekonomian Indonesia.

Masyarakat yang bergerak dan meningkat konsumsinya akan membuat perekonomian berputar walau harga berbagai komoditas sudah hampir pasti akan naik.

“Masyarakat yang beraktivitas, berlibur, akan menunjang proses meningkatkan permintaan dan akan menggerakkan ekonomi, konsekuensinya memang tentu harga agak naik ke atas,” sebutnya.

Bagi Profesor Rudi, pergerakan masyarakat di momen Nataru menjadi pendorong perekonomian yang bagus, dan bisa dinikmati semua pihak.

“Sisi positifnya, ekonomi bergerak dan juga dinikmati UMKM, tidak hanya usaha besar. Contoh, misalnya hotel, bukan cuma hotel besar, losmen juga. Potensi usaha kecil makanan, oleh-oleh,” sebutnya.

Selain itu, produsen mau pun pengusaha juga jangan main harga terlalu tinggi untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut, dia juga meminta Pemerintah terus menjaga ketersediaan bahan pokok jelang libur Nataru.

“Harapan kami, Pemerintah menjaga ketersediaan barang yang terutama berkaitan dengan volatile food, misal beras, daging, bumbu dapur, minyak goreng,” ucapnya.

Selama barang tersedia, daya beli masyarakat juga akan terus ada. Soal inflasi, Profesor Rudi mengatakan inflasi bulan Desember 2022 bisa tembus 6 persen. Tapi, itu angka yang moderat dan masih bisa dikelola.

“Mobilitas masyarakat mulai baik, mulai banyak yang melakukan perjalanan, leisure. Dengan adanya peningkatan permintaan inflasi yang bergerak masih dalam koridor bisa dikendalikan Bank Indonesia dan Pemerintah,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
30o
Kurs