Sabtu, 27 April 2024

Pakar UI Menyebut Investasi Swasta AS Bisa Membantu Pemulihan Perekonomian Indonesia

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI dan Antony J. Blinken Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menandatangani Memorandum Saling Pengertian (MSP) Indonesia-Amerika Serikat di bidang pendidikan. Foto: Kemendikbudristek

Fithra Faisal Hastiadi Pakar Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan, perusahaan swasta asal Amerika Serikat (AS) lebih berpeluang masuk ke Indonesia dibanding perusahaan milik pemerintah.

Maka dari itu, Fithra menyarankan Pemerintah Indonesia merealisasikan kerja sama dengan sektor swasta AS.

“Pemerintahan Joe Biden masih terlalu ragu-ragu dalam segala hal. Sehingga, saya tidak terlalu membayangkan kerja sama akan bisa cepat terlaksana. Jadi, pendekatannya harus lebih ke bisnis ketimbang hanya ke Pemerintah AS,” ujarnya di Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Menurutnya, Pemerintah Indonesia perlu merealisasikan pemindahan basis produksi utama dari China ke Indonesia. Indonesia sekarang punya kelebihan input produksi sebagai dampak dari hilirisasi produksi yang dibutuhkan industri.

“Seharusnya, investasi ke depan bisa lebih banyak kita terima karena negara-negara di Barat, AS, EU juga sama seperti China, sedang kelimpungan mencari sumber daya,” tegasnya.

Dia melanjutkan, Indonesia dan ASEAN mendapat keuntungan atas dua faktor selama pandemi dan usai pandemi, yaitu China Factor dan Relocation Factor.

Ekonomi China memang pulih lebih cepat dibanding negara lain. Tapi, industri China masih belum optimal. Sehingga, membutuhkan input produksi dari negara-negara di ASEAN.

Sedangkan relocation factor terjadi pada negara selain China, seperti AS, EU, Jepang. Negara-negara itu cenderung ingin memperlebar portofolio produksi dan investasi.

Fithra melihat, selama ini negara tersebut tergantung dengan China dalam jaringan rantai pasokan global (global supply chain network).

Tapi, karena risiko selama pandemi dan geopolitik membuat hal yang terlalu terkonsentrasi menjadikan mitigasi risiko menjadi lebih sulit dilakukan.

“Sehingga, mereka sekarang tidak hanya mengejar efisiensi, tapi juga resiliensi. Mereka melebarkan portofolio produksi dan investasi justru ke ASEAN, dalam konteks ini Indonesia,” jelas Fithra.

Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian menyampaikan pandangan analitis mengenai kinerja ekonomi Indonesia di tengah-tengah tantangan global dalam Gala Dinner yang diselenggarakan United States-Indonesia Society (USINDO), di Washington D.C, AS, Selasa (25/10/2022).

“Ketahanan dan kinerja ekonomi Indonesia, ditambah dengan penentuan posisi geopolitik yang seimbang serta kebijakan luar negeri yang cekatan, telah menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat untuk menghadapi tantangan politik dan ekonomi sebagai imbas dari pandemi, disrupsi rantai pasok dan konflik Rusia-Ukraina,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Robert Blake Co-Chair USINDO menekankan Indonesia memiliki indikator ekonomi yang kuat seperti meningkatnya ekspor, tingkat inflasi yang relatif rendah, situasi pasar saham yang terus mengalami penguatan, dengan pertumbuhan FDI kedua tertinggi di ASEAN.

“Perusahaan swasta Amerika Serikat saat ini menanti kabar lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia untuk dapat melebarkan ekspansi usahanya di Indonesia,” kata Robert Blake.(rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
32o
Kurs