Sabtu, 27 April 2024
Warrior Indonesia Bangkit

Berdayakan Warga untuk Menggerakkan Ekonomi Sekitar Tempat Tinggal

Laporan oleh Achmad Zainal Alim
Bagikan
Triatun memilih memberdayakan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya. Foto: Istimewa

Tidak banyak orang berani yang memulai upaya-upaya kecil sebagai wujud peduli akan kampung halaman. Menginisiasi gerakan roda ekonomi di antara warga sekitar tempat tinggal, seperti yang dilakukan Triatun.

Ibu satu anak ini mangaku senang bisa melakukan hal-hal yang berujung manfaat di lingkungan tempat tinggalnya. Triatun yang mengaku pernah tinggal di Surabaya selama 8 tahun, selepas lulus S1 dari Univ. Sanata Dharma Yogyakarta, tahun 2004.

Dia yang pernah menjadi tenaga pengajar di beberapa SMA di Surabaya, di SMA Hendrikus, SMA Dapena 1, dan SMA IPIEM Surabaya, sebagai guru terbang. Pernah pula menjadi pengajar les di sebuah SMA di Sampang, Madura, pada tahun 2012.

Kemudian pada tahun yang sama, Triatun memutuskan kembali ke kampung halamannya di Jogja. Tepatnya di Dusun Karongan, Desa Kedungsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo.

Sebab tidak banyak aktivitas sebagai Ibu Rumah Tangga, sang Kakak kemudian menyarankan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Maka, wanita kelahiran tahun1982 ini pun melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta, jurusan Pendidikan Ekonomi, selama 2 tahun.

Dalam salah tugas kuliahnya, diminta untuk membuat produk usaha, maka Triatun membuat Es Loly. “Mengenang selama di Surabaya saya sering berkumpul dengan teman-teman yang kebanyakan bergulat dengan dunia kuliner. Maka, itu pula yang menjadi inisiatif yang dipilihnya untuk tugas produk usahanya di kampus,” ungkapnya.

Triatun juga mengisahkan tesis yang dipilihnya bertema tentang Jiwa Kewirausahaan pada guru-guru SMK yang mengelola koperasi sekolah. “Jadi saya membandingkan keberhasilan koperasi sekolah yang dikelola oleh guru-guru yang memiliki jiwa kewirausahaan dengan yang tidak,” jelasnya.

Dari hasil penelitiannya, benar saja ditemukan 5 dari 25 SMK yang jadi obyek penelitian menunjukkan pengaruh terhadap keberhasilan koperasinya. Mencermati itu semua, kemudian muncul ide untuk melibatkan koperasi sekolah tersebut menjadi lebih berdaya. Idenya menggabungkan koperasi dengan pegelolaan obyek wisata di sekitar lingkungannya.

Masih dalam lingkaran pemikiran berlatar belakang koperasi, Triatun menemukan fakta lain yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Semata berdasar rasa memiliki dan ingin berkontribusi demi lingkungan sekitar, Triatun melakukan upaya kecil untuk menggerakkan ekonomi di sekitar tempat tinggalnya.

Masyarakat di sana yang semula dominan sebagai petani Padi dan Jagung, coba digerakkan untuk lebih aktif di bidang ekonomi. “Di benak saya, setidaknya ingin membuat aktivitas ekonomi di sini lebih dinamis,” tukasnya kepada Suarasurabaya.net via telepon.

Aktivitas pagi Paguyuban Ibu-ibu Kuliner di dusun Karongan, Desa Kedungsari, Yogyakarta. Foto: Istimewa

Langkahnya kemudian mulai melakukan pendekatan-pendekatan, mulai dari kepala Dusun setempat, Kepala Desa, juga Ibu-ibu sekitar. Mulanya hanya di sekitar dusunnya, pada November 2019. Paparan pandemi Covid-19 juga menjadi semangatnya. Memperhatikan kebanyakan ibu-ibu tidak punya aktivitas, hatinya tergerak. Alhasil, usaha Triatun berkembang ke 7 dusun lain dari 9 dusun di Desa kedungsari, pada Mei 2020.

Triatun menyediakan tempat, dan meminta ibu-ibu di sekitar Dusunnya yang bisa memasak untuk memasak, masakan apapun yang bisa dijual. Hasil masakan tersebut kemudian di jual di temat yang disediakan tadi.

“Mulanya memang tidak ada transaksi jual-beli, yang ada barter alias tukar-menukar makanan jualannya. Kian hari kian ramai, dan mulai tampak jual beli,” kisahnya diiringi senyum. Inisiasi kemudian berlanjut ke strategi sosialisasi dan pemasaran melalui aplikasi WhatzApp.

“Sekarang sudah terwadahi dalam Paguyuban Ibu-ibu Kuliner, dan sepakat melakukan aktivitas bersama yang bernilai ekonomis. Dari hasilnya masing-masing kami sisihkan 10% dikumpulkan untuk biaya operasional,” urainya bangga. Mulanya yang terlibat hanya 10 orang saja, sekarang sudah berkembang hingga 80 –an orang dari 7 dusun.

Melalui WA grup saling tukar info menu yang ditawarkan, yang rata-rata menu kuliner lokal. Dari WA itu pula mengalir pesanan-pesanan. Bicara angka perputaran uang, dalam tempo 2 jam, setiap hari antara 300-500 ribu rupiah. Triatun kini dengan brand sendiri, Wiguna Tasty, juga menawarkan menu andalan Ayam Bakar dan Pecel.(lim)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
28o
Kurs