Jumat, 19 April 2024

Penghentian Operasi Bus Shalawat Kurangi Kepadatan di Masjidil Haram

Laporan oleh Eddy Prastyo
Bagikan
Bus Shalawat. Foto: Kemenag

Minggu (4/9/2016) saat shalat Dhuhur, mattaf tawaf atau arena tawaf utama dekat ka`bah penuh sesak dengan jemaah. Namun saat shalat Dhuhur Senin (5/9/2016) siang, hanya terisi seperempatnya di saf paling depan. Lebih banyak jemaah memilih shalat di bagian dalam masjid yang ber-AC. Hal itu tampak di jalur sa`i dan masjid meskipun tidak benar-benar penuh seperti biasanya. Masih banyak ruang kosong di sana-sini.

Penghentian operasi bus shalawat dilakukan mulai Senin siang pukul 12.00 waktu setempat atau pukul 16.00 waktu Indonesia. Keputusan Pemerintah Arab Saudi ini memberikan waktu bagi para jemaah untuk menyiapkan stamina menuju ibadah Armina mulai Sabtu (10/9/2016).

Berdasarkan pengamatan suarasurabaya.net, penghentian operasi bus shalawat ini memang cukup berpengaruh mengurangi kepadatan di Masjidil Haram karena banyak pemondokan jamaah terutama di bagian Timur Masjidil Haram letaknya lebih dari dua kilometer seperti Mahbas Jin, Sisyah, Azizzyah dan Sisyah Roudhoh yang paling jauh, lebih dari lima kilometer.

Sedangkan yang tinggal di Jarwal dan Mislafah jaraknya sekitar satu kilometer saja bisa mengakses Masjidil Haram dengan jalan kaki. Juga jemaah haji khusus dari Indonesia yang tinggal di hotel depan Masjidil Haram bisa shalat di Masjidil Haram tanpa tergantung bus sholawat.

Sementara itu, PPIH Arab Saudi terus menajamkan rencana operasi Armina. Kolonel Jaetul Muchlis Kepala Satuan Operasional Armina, Minggu (4/9/2016) mengatakan, pihaknya sudah mengidentifikasi beberapa titik krusial waktu pelaksanaan ibadah lontar jumroh. Diantaranya yang paling rawan adalah di lokasi Jamarat Ula, Wustho dan Aqobah. Di sanalah, kata Muchlis, titik paling rawan karena jemaah ada di puncak keletihan dan harus berdesakan dengan jemaah lain.

Selain itu, jalur 206 dan 204 mendapatkan perhatian khusus dari satop Armina. Jalur ini adalah akses menuju lokasi jamarat lantai satu dan yang tahun lalu terjadi insiden desak-desakan yang mengakibatkan ribuan jamaah wafat. Tahun ini, Pemerintah Arab Saudi sudah membuat pola pengaturan sehingga jemaah yang masuk dari jalur 204 tidak bisa keluar lewat jalur 206. Tahun lalu waktu kejadian di Mina jemaah dari jalur 206 masuk ke jalur 223 dan bertemu di jalur 204.

Satuan Operasional Armina PPIH Arab Saudi juga sudah membuat satu rute keberangkatan dan tiga rute kepulangan jamaah dari jamarat ke Mina Jadid. Ini supaya arus berangkat tidak terhambat arus kepulangan.

Petugas-petugas dari semua juga diperbantukan dalam operasi ini, disebar dalam pos-pos stationer dan bergerak. Dalam pos itu, selain unsur perlindungan jemaah, ada juga petugas dari unsur kesehatan yang bisa sewaktu-waktu melakukan perawatan medis di lapangan. Kata Muchlis, H-4 wukuf atau Rabu besok semua fasilitas jemaah untuk ibadah Armina sudah siap. Fasilitas yang baru tahun ini adalah karpet baru di lokasi mabid musdalifah dan tenda mina, juga 101 unit water fan di tenda-tenda padang Arafah juga sudah siap dipasang.

Ibadah Armina nanti dibuka dengan wukuf di Padang Arafah, Minggu, 11 September 2016 lalu menginap semalam atau mabid di Musdalifah setelah Maghrib untuk mencari batu lontar jumroh. Kemudian bergeser ke Mina pada Senin, 12 September 2016 dini hari. Lontar jumroh Aqobah dilakukan Senin, 12 September 2016 bersamaan dengan Idul Adha. Ibadah Armina ini berlangsung paling lama sampai Kamis, 15 September 2016 sebelum Maghrib. Setelah itu jemaah harus menjalankan rukun tawaf ifadoh dan wada` di Masjidil Haram sebelum pulang ke Tanah Air.(edy/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
30o
Kurs