Jumat, 29 Maret 2024

Titik GPS Sering Tidak Akurat? Pakar Jelaskan Penyebabnya

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi GPS. Foto: Pixabay

Penggunaan Global Positioning System (GPS) dalam kehidupan sehari-hari kerap digunakan untuk membantu manusia menuju suatu tempat yang tidak diketahui sebelumnya. GPS bisa juga digunakan untuk mencari jalur alternatif saat jalur utama tidak bisa dilewati.

Dalam program Kelana Kota di Radio Suara Surabaya, Sabtu (5/3/2022) beberapa pendengar membagikan pengalamannya saat menggunakan GPS ketika menuju suatu tempat.

Edhy Dani melalui WhatsApp SS menceritakan, “Saran saya jangan percaya 100 %. Saya dulu ke Tuban Semanding kesasar itu bisa 17 kilo 😥. Aslinya yang buat aplikasi google maap iku sapa seh jika SS punya nomer WhatsApp nya. Saya minta biar tak tlp nya. GPS iku aplikasi yg bikin darah saya jd darah nya Akatsuki.”

Cerita serupa juga dibagikan Chamdani saat hendak kembali ke Surabaya dari Jombang. “Pernah disesatkan GPS .. di Jombang pada waktu itu utk kembali ke Surabaya .. jln yg dilalui TDK bisa dilewati mobil, bisa pakai motor tapi lewat satu jalur kecil naik kebukit lewat rel KA .. sebenarnya jln yg hrs dituju, seberang bukit .. utk arah ke Surabaya.”

Namun ada juga yang merasa terbantu dengan kehadiran GPS.

Menurut Dr Ir Endroyono Dea Pakar Smart City ITS menilai, ini adalah hal yang wajar karena yang menentukan kurang akurat tidak hanya perkara GPS saja namun juga aspek gadget si pengguna itu sendiri.

“Kekurangan yang sangat natural, karena sebetulnya ketika kita bicara aplikasi layer pemetaan itu sudah bukan GPS tapi lebih kepada aspek aplikasi internet di HP yang tidak lagi ngomong positioning. Kalau kita lihat dari aplikasi, maka yang jadi masalah adalah mulai dari terminal kita sendiri yang resolusinya tidak bagus sehingga waktu ‘nitik’ lokasi bisa geser juga. Informasi yang di map kita menjadi tidak sinkron ketika sinyal internet bermasalah, sinyal GPS juga bermasalah. Maka terjadi kelambatan data yang menyebabkan titik dari sistem keliru,” kata Endroyono, Sabtu pagi.

Lebih lanjut Endro menjelaskan cara kerja GPS melalui tiga elemen. Mulanya, GPS dikembangkan sejak era perang dunia sebagai penentuan posisi yang kualitas akurasinya ditentukan oleh sinyal dari satelit ke bumi.

Kemudian teknologi berkembang sehingga GPS digabungkan dengan aplikasi pemetaan. Pada elemen ini, kata Endro, resolusi GPS tidak hanya tergantung sinyal radio satelit melainkan juga sinyal internet.

“Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah aspek ketiga yaitu manusianya, mulai dari manusia yang memasukkan informasi sampai yang menggunakan dan mengambil keputusan. Contohnya, saya sering tersesat karena salah dalam mengambil keputusan seperti beloknya salah, nyetirnya kecepetan, mengambil keputusan yang salah akhirnya tersesat,” ujarnya.

Namun secara sistem kerja resolusi GPS sebagai alat bantu penunjuk arah, Endro mengatakan kecil kemungkinan pemakainya akan tersesat.

“GPS menjamin nggak akan salah rumah karena resolusiya kalau dari share lokasi sekitar 13 meter, kalau menggunakan kalibrasi bisa 3-4 meter artinya tidak akan tersesat,” kata pengajar di Departemen Elektro ITS ini.

Dalam menentukan titik lokasi, kata Endro, misalnya Google Maps menggunakan sumber langsung yaitu mobil street view. Lalu ada juga informasi tambahan yang diolah menggunakan kecerdasan buatan untuk merekam informasi pergerakan orang di daerah tersebut agar dapat memberikan petunjuk lintasan terdekat dengan waktu yang lebih pendek.

“Contohnya ada jalan yang resmi tapi di Maps gak keluar. Ini karena yang menggunakan GPS di situ adalah para petualang yang menggunakan motor trail di jalur berbeda, karena sering menggunakan di situ, ketika ada orang asing mau lewat maka GPS akan memberi informasi jalur yang banyak dilewati,” terangnya.

Menurutnya, keberadaan GPS sebagai cara untuk menentukan posisi akan terganti seiring perkembangan teknologi.

“GPS itu kebetulan hanya salah satu cara untuk menentukan posisi. Ke depan dengan BTS yang sudah punya beberapa lokasi take dan teknologi 5G, nantinya positioning tidak lagi mengandalkan GPS. Sekarang kita mengenal Location Based System, ngomongnya sudah lokalisasi dan resolusinya akan lebih detail lagi karena makin banyak titik yang bisa mengoreksi posisi,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
28o
Kurs