Minggu, 16 Juni 2024

Kedok Agama Disinyalir Jadi Faktor yang Bikin Praktik Taat Pribadi Langgeng

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Adrianus Meliala anggota Ombudsman RI menilai kasus penipuan dengan modus penggandaan uang Dimas Kanjeng Taat Pribadi, di Probolinggo, Jawa Timur, sebagai kasus yang unik. Itu karena mereka yang ditipu tidak merasa sebagai korban.

“Orang yang berharap uangnya digandakan oleh Taat Pribadi tidak merasa ditipu, tapi malah dengan sadar berpartisipasi. Makanya ketika polisi menggerebek padepokan di Probolinggo, penghuninya banyak yang menyangkal sebagai korban,” ujarnya di Gedung Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Menurut Adrianus, fenomena ini bisa berlangsung begitu lama karena berlindung di balik agama, dimana Dimas kanjeng Taat Pribadi berhasil menggunakan “ruang” keimanan seseorang.

“Ada ruang keimanan yang oleh sebagian umat beragama tidak perlu dipertanyakan, tapi hanya perlu diyakini. Inilah yang dieksploitasi Taat Pribadi,” tegasnya.

Oleh karena itu, mantan Komisioner Kompolnas tersebut mendukung peran lembaga keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdatlul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk memberikan kontribusi.

“Semestinya organisasi seperti MUI, NU dan Muhammadiyah jangan hanya mengurus kelompok agama mainstream, tapi juga kelompok dengan basis keagamaan sidestream yang rentan disusupi ajaran sesat seperti ada praktik penipuan, seks bebas atau hal lain yang mengarah pada organisasi kejahatan,” pungkasnya.

Praktik penipuan yang berlangsung sejak 2010 berakhir setelah Dimas Kanjeng Taat Pribadi diduga terlibat pembunuhan terhadap dua orang pengikutnya, Abdul ghani dan Ismail Hidayah. Kamis (22/9/2016), si “pengganda uang” itu pun tak berkutik ketika ditangkap polisi. (rid/fik)

Berita Terkait

..
Surabaya
Minggu, 16 Juni 2024
26o
Kurs