Kamis, 16 Mei 2024

Megawati Menangis Mengenang Sang Ayah

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Megawati Soekarnoputri bersama Presiden RI dan Ketua MPR saat perjalanan napak tilas di Bandung. Foto: Dok/ Faiz suarasurabaya.net

Peringatan puncak Pidato Bung Karno 1945 di gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/6/2016 ) diwarnai keharuan. Megawati Soekarno Putri Presiden RI ke 5 saat membawakan pidato tentang Pancasila dan peran Bung Karno dalam kelahiran Pancasila tidak menahan rasa harunya mengenang Bung Karno ayahnya sang Proklamator.

Di tengah pidato yang menggebu-gebu tiba-tiba Megawati tercekat saat mengatakan bahwa Pancasila harus menjadi way of life dan jati diri bangsa yang tidak boleh dilupakan. Suara megawati perlahan pelan dan terdengar isak tangis sambil terus mengucapkan pidatonya dengan suara terbata-bata.

“Bung Karno menyatakan bukan dirinya yang menemukan Pancasila. Beliau mengakui hanya sebagai penggali Pancasila. Namun, tak dapat dipungkiri, konsepsi tentang Pancasila adalah hasil pergulatan Bung Karno sejak muda. Buah perenungan atas perjuangan berpuluh-puluh tahun, termasuk hasil kontemplasi beliau saat dalam pembuangan di Ende. Karena itu, saat DR.Radjiman Wedyodiningrat mengajukan pertanyaan tentang dasar negara, Bung Karno mampu menjawab pertanyaan tersebut dalam pidato tanpa teks, sistematis dan jernih. Dasar negara itu, Bung Karno sebut Pancasila. Saudaraku semua inilah Pancasila, jadikan dia sebagai way of life,” ujar Megawati sambil terisak.

Joko Widodo Presiden dan Ibu Negara serta seluruh tamu undangan terbawa suasana haru, semua terdiam sesaat mendengar isakan Megawati.

Megawati melanjutkan, dengan Pancasila, Bung Karno telah menggagas persatuan bangsa-bangsa di kawasan Asia Afrika, yang kemudian melahirkan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Gedung Merdeka inilah yang menjadi saksi peristiwa monumental yang mengubah tatanan dunia.

Di tempat inilah dirumuskan, diputuskan, dideklarasikan Dasa Sila Bandung yang kemudian menginspirasi bangsa-bangsa kawasan Asia, Afrika, dan bahkan Amerika Latin, berjuang membebaskan diri dari penjajah. Konferensi tersebut menyalakan keberanian rakyat di negara yang masih dalam penjajahan untuk berjuang dan menyatakan diri sebagai bangsa yang berdaulat, sebagai negara merdeka.

Tanpa Pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, tidak akan ada Pancasila. Tidak akan ada untaian sejarah dunia. Tanpa Pancasila tidak akan ada yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan telah terbukti Pancasila bukan hanya ideologi pemersatu bangsa Indonesia, bahkan sejarah mencatat betapa Pancasila telah menjadi ideologi alternatif dalam menghadapi konflik dunia.(faz/rst)

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 16 Mei 2024
32o
Kurs