Sabtu, 27 April 2024

Tunjangan Transportasi Guru Ngaji di Surabaya Naik, Dicairkan April

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ribuan Guru Mengaji mendengarkan imbauan Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya, Kamis (30/3/2017). Foto: Istimewa

Ribuan Guru Ngaji serta Guru Sekolah Minggu di Surabaya berkumpul di Convention Hall Jalan Arief Rachman Hakim, Kamis (30/3/2017), untuk mendapatkan pembinaan dari Pemkot Surabaya.

Pada kesempatan itu, Pemkot Surabaya menyampaikan kebijakan menambah besaran tunjangan transportasi bulanan bagi guru mengaji dan sekolah Minggu di Surabaya yang jumlahnya sebanyak 12 ribu orang.

Ikhsan Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya mengatakan, Pemkot Surabaya terus berupaya meningkatkan kesejahteraan guru mengaji dan sekolah Minggu.

“Setiap tahun ada peningkatan tunjangan transportasi ini, tapi tidak besar. Jika tahun lalu besarannya Rp250 ribu per bulan, tahun ini mereka mendapatkan Rp300 ribu per bulan,” katanya.

Dia mengakui, untuk sementara ini tunjangan transportasi untuk guru ngaji itu baru bisa dicairkan setiap tiga bulan sekali.

Selain bantuan transportasi, Pemkot Surabaya juga mendaftarkan para guru ngaji dan sekolah Minggu se-Surabaya ke BPJS Kesehatan.

Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengatakan, selama ini keberadaan guru mengaji dan guru sekolah Minggu seringkali terlupakan.

“Padahal peran mereka dibutuhkan untuk mendidik anak menjadi manusia yang tidak hanya pintar tapi juga memiliki akhlak mulia,” ujar Risma.

Risma mengimbau para guru mengaji dan guru sekolah Minggu, mengajarkan anak agar mereka menghargai perbedaan dan menjunjung persatuan.

“Sejak awal kita ditakdirkan berbeda-beda. Ada yang kulitnya hitam dan putih, ada yang rambutnya keriting, lurus, tapi kita sudah sepakat satu bangsa satu tanah air Indonesia,” katanya.

Dia juga meminta, para guru mengaji mampu menguasi teknologi, mengimbangi anak-anak generasi milenial yang akrab dengan teknologi, sehingga para guru bisa mengarahkan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

“Mari kita isi anak dengan kegiatan positif. Karena penjajahan ke depan adalah kemiskinan dan perekonomian. Anak yang kreatif yang akan mampu bertahan dan menyelesaikan masalahnya,” ujar Risma.(den/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
32o
Kurs