Sabtu, 18 Mei 2024

Komitmen Pelajar Jatim Peserta Beasiswa ke AS untuk Mengenalkan Indonesia

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Para pelajar peserta beasiswa Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES) dari Pemerintah AS saat berkumpul dan berfoto bersama di Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Rabu (30/5/2018). Foto: Denza suarasurabaya.net

Ada delapan pelajar sekolah menengah di Jawa Timur dari 80 pelajar terpilih peserta Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES) Program, yang akan turut belajar dan tinggal selama 10 bulan di Amerika Serikat pada 2019 mendatang.

Empat di antara mereka mendaftar di program ini dari chapter Surabaya, empat lainnya dari chapter Malang. Mereka menjadi bagian dari peserta terpilih dari 5.200 calon peserta yang mendaftar program beasiswa dari Pemerintah AS ini.

Rama Ardhia Prastita Siswa SMA Negeri 1 Genteng, Banyuwangi adalah satu di antara pelajar terpilih dari Jawa Timur yang menjadi siswa pertama di sekolahnya, yang berhasil mengikuti program ini.

Dia mengaku, sejak kecil dirinya memang bercita-cita suatu saat ketika dia dewasa akan menjelajahi dunia. Karena itu, begitu mendengar program ini dari salah satu temannya, dia langsung mendaftarkan diri.

“Saat SD dulu, saya tidak berpikir apakah mimpi saya yang tinggi ini bisa tercapai. Tiba-tiba kesempatan itu datang,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Rabu (30/5/2018).

Saat itu, Rama baru saja selesai mengikuti wawancara untuk keperluan pembuatan visa belajar di Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Rabu siang, bersama 25 rekannya yang berasal dari Indonesia Timur.

Salsabila Zeta Zain Siswi SMA Negeri 3 Sidoarjo juga memiliki mimpi yang hampir sama. Sejak kecil, pelajar yang mengetahui program ini dari kerabatnya, seorang returnee, bermimpi menempuh pendidikan sampai ke luar negeri.

“Mimpi saya waktu kecil terjawab dengan mengikuti program ini. Sejak kecil saya ingin bisa belajar di luar negeri,” kata Zeta.

Selain itu, dia mengaku ingin mengubah pola pikir masyarakat di lingkungannya.

“16 tahun saya hidup, saya merasa lingkungan di sekitar saya gitu-gitu aja. Saya heran ketika melihat serial televisi Amerika, saya bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa membuat sesuatu yang baru?” ujarnya.

Zeta ingin keluar dan mempelajari pola pikir orang-orang Amerika Serikat yang terbuka dan berkomitmen menularkan ke lingkungan sekitarnya ketika kembali ke Indonesia.

Akan belajar banyak hal dari Amerika Serikat, Rama dan Zeta juga berkomitmen mengenalkan budaya Indonesia ke masyarakat Amerika.

Rama yang mengaku ingin menjadi matahari terbit bagi orang-orang di Banyuwangi, seperti moto Kabupaten Banyuwangi: Sunrise of Java, juga berniat mengenalkan budaya dan pariwisata Banyuwangi ke teman-teman barunya di Amerika.

“Banyak sekali budaya Banyuwangi yang bisa dikenalkan. Ada Tari Gandrung, ada Upacara Petik Laut, ada Adat Kebo-keboan. Sedangkan pariwisata, kita tahu ada Secret Island, Pulau Merah, ada G-Land, Plengkung, Kawah Ijen,” ujarnya.

Sementara, Zeta yang merupakan putri daerah Sidoarjo mengakui, dalam hal budaya dan pariwisata, Sidoarjo memang tidak terlalu menonjol. Tapi dia ingin mengenalkan makanan khas Sidoarjo.

Beberapa kali, saat program pembekalan di Surabaya selama kurang lebih dua bulan, Zeta membawakan makanan khas Sidoarjo seperti kerupuk bandeng atau krupuk udang yang ternyata disukai oleh teman-temannya.

“Saya bisa memasak. Mungkin, di sana (Amerika), saya bisa memasakkan makanan khas Sidoarjo untuk keluarga tempat saya tinggal, sekaligus saya ajarkan bagaimana cara memasaknya,” kata Zeta lalu tertawa.

I Gusti Ngurah Andracana alumnus peserta Program Kennedy-Lugar YES periode 2013-2014 mengatakan, banyak hal yang bisa dipelajari selama 10 bulan di Amerika Serikat.

Candra yang kini menjadi pembimbing bagi para peserta baru program ini mengatakan, yang banyak dipelajari dari Amerika Serikat terutama dari sistem pendidikan dan budayanya.

Di Amerika, kata dia, pelajar sekolah menengah bebas mengambil mata pelajaran sesuai minat masing-masing, meskipun ada beberapa pelajaran inti yang harus dipelajari. Yakni Bahasa Inggris, Sains, dan Sejarah Amerika.

Candra, yang kini berkuliah di Departemen Arsitektur Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS), saat di Amerika, memilih mata pelajaran desain, menggambar, dan mengkombinasikannya dengan pelajaran fotografi.

“Ternyata sangat efektif, saya jadi lebih fokus pada minat saya sehingga saya senang mempelajarinya. Menurut saya ini sangat bisa diaplikasikan di Indonesia, mungkin sudah, seperti diterapkan di SMK,” ujarnya.

Karena itu juga, ketika kembali ke Indonesia, remaja kelahiran Surabaya ini tidak ragu-ragu lagi untuk meneruskan studinya di bidang arsitektur di ITS.

Selain pendidikan, Candra mengaku budaya orang-orang di Amerika Serikat kini cukup mempengaruhi perilakunya. Misalnya dalam hal budaya tepat waktu dan kesediaan untuk mengantre.

“Sekarang jadi agak gimana gitu kalau melihat ada orang yang menyerobot antrean. Saya juga menjadi lebih vokal mengingatkan orang-orang yang malas mengantre,” katanya.

Selain itu, setelah mengikuti program Kennedy-Lugar YES, Candra mengaku menjadi terbiasa berpartisipasi menjadi relawan dalam banyak kegiatan sosial kemasyarakatan.

Sekolah di Amerika, kata Candra, cukup fokus mendorong siswanya untuk menjadi volunteer dalam banyak kegiatan sosial dan kemasyarakatan. “Bahkan sejak SD, mereka didorong untuk mengikuti dan mencatat semua kegiatan itu,” ujarnya.

Candra juga mengatakan, apa yang bisa diaplikasikan dari budaya Amerika Serikat di Indonesia adalah pluralisme dan toleransi terhadap keberagaman, yang menurutnya, seperti sudah menjadi bagian dari pola pikir masyarakat di Negeri Paman Sam itu.

Perlu diketahui, Kennedy-Lugar YES adalah program beasiswa dari Pemerintah Amerika Serikat yang bertujuan meningkatkan pemahaman antara masyarakat Amerika Serikat dengan masyarakat negara-negara mayoritas muslim.

Di Indonesia, Program Kennedy-Lugar YES ini sudah berjalan sejak 2003 silam dan sudah mencetak sebanyak 1.092 Alumni Program baik dari pelajar sekolah umum maupun pesantren dari seluruh Indonesia.

Christine Getzler Vaughan Public Affairs Officer Konsulat Jenderal AS di Surabaya mengatakan, peserta program YES dari Indonesia diharapkan menjadi duta bangsa yang menjembatani masyarakat Amerika Serikat untuk lebih mengenal Indonesia dan sebaliknya.

“Kami berharap, melalui program ini timbul persahabatan serta saling pengertian di antara dua bangsa. Ini merupakan modal dasar dalam upaya mewujudkan dunia yang lebih damai,” ujar Christine.(den)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Sabtu, 18 Mei 2024
30o
Kurs