Sabtu, 27 April 2024

Kebijakan Terkait Wisata Alam dan Petualangan Dinilai Masih Kurang

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Wisatawan menikmati panorama kawah Gunung Ijen, di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (6/4/2019). Foto: Antara

Pemerintah diminta segera menyusun kebijakan terkait kegiatan wisata alam dan petualangan, agar destinasi wisata alam dan petualangan Indonesia bisa bersaing dengan usaha serupa di luar negeri.

Menurut Ronie Ibrahim Ketua Harian Indonesia Adveture Tourism Trade (IATTA) di Jakarta, Kamis (9/5/2019), selama tiga tahun terakhir, perhatian Kementerian Pariwisata terhadap wisata alam dan petualangan sudah terlihat. Namun masih memerlukan kecepatan pelaksanaan berbagai kebijakan agar bisa bersaing dengan luar negeri.

Ronie yang juga dikenal sebagai penggagas Indonesia Internasional Outdoor Festival (IIOutfest) itu, mengatakan beberapa tahun terakhir sudah ada gerakan yang cukup berarti, di antaranya sertifikasi berbagai profesi baru yang banyak bermunculan.

“Misalnya pemandu gunung, pemandu panjat tebing dan arung jeram yang dulu hanya sekadar hobi, kini sudah terukur sebagai profesi. Namun, pemerintah perlu kebijakan sesuai dengan standarisasi yang berlaku, agar industri kegiatan alam bebas bisa bersaing dan mendatangkan wisatawan mancanegara,” kata Ronie dilansir Antara.

Dengan adanya regulasi dan legitimasi, lanjutnya, maka akan mempermudah kegiatan usaha.

Menurut Ronie, standarisasi yang perlu diatur baik secara profesi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BSN), Komite Akreditasi Nasional (KAN), S.O.P prosedur terkait risk management assesment, emergency evacuation plan, sertifikasi produk dari Badan Sertifikasi Produk (BSN), dan masih banyak lagi.

Selain itu, pemerintah juga harus turun tangan agar dunia usaha wisata alam dan petualangan mendapat support dari industri lain seperti perbankan dan asuransi.

Selama ini, katanya, tidak ada satu pun asuransi yang mau mengcover. Padahal, wisatawan mancanegara yang menyukai kegiatan ekstrem, hampir selalu menanyakan beberapa persyaratan. Di antaranya asuransi, risk management plan dan sebagainya.

“Saya sendiri belum lama ini dapat pengalaman meng-handle tamu dari sekolah Singapura. Mereka meminta kita menyiapkan S.O.P, licenced guide, Emergency Evacuation Plan dan Risk Management Plan,” katanya.

Dia menambahkan, kendala besar juga masih dirasakan berkaitan dengan pemandu wisata kegiatan luar ruang. Karena selama ini guide-guide adventure tourism banyak bermula dari hobi dan matang dalam ketrampilan teknis. Sedangkan hospitality dan kemampuan multi bahasa masih perlu ditingkatkan.(ant/tin/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
31o
Kurs