Sabtu, 20 April 2024

Kisah Pilu Bayi Hidrosefalus di Jojoran, Surabaya

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Dina Oktavia (21) saat menggendong anaknya, Muhammad Pandhu Firmansyah, bayi lima bulan warga Jojoran, Surabaya. Foto: Istimewa

Muhammad Pandhu Firmansyah, bayi lima bulan warga Jojoran, Surabaya, selain menderita hidrosefalus juga mengalami kelainan wajah sehingga tidak bisa mendapat asupan gizi secara normal.

Pandhu mengalami facial cleft tessier hydrocephalus myelomeningocele. Kepalanya membesar tak beraturan, sedangkan bibir, hidung, dan matanya tidak terbentuk sempurna.

Bibir tak sempurna itulah yang membuat Pandhu sulit minum ASI dari puting ibunya atau meminum susu formula dengan dot. Dina Oktavia (21 tahun), ibunya, harus menyuapkan susu formula dengan sendok.

“ASI saya tidak keluar. Pernah saya coba pompa, tetap tidak keluar. Saya sebenarnya ingin ngasih ASI,” kata Dina di rumah 2×6 meter di Jalan Jojoran Surabaya, tempat tinggalnya bersama Pandhu dan ibunya.

Sabtu (30/11/2019) kemarin, putra pertama Dina dengan Muhammad Abdul Aziz (23 tahun) suaminya, telah menjalani operasi pemasangan selang penyedot cairan kepala di RSUD Dr Soetomo.

Dina beruntung, dalam kondisi tidak punya pemasukan karena tidak bekerja, sementara suaminya tidak pernah memberi nafkah dan sedang dalam proses menceraikannya, banyak orang yang peduli kepada Pandhu.

Sejumlah LSM, baik Komunitas Tolong Menolong, Yayasan Hidayatullah, dan Komunitas Bendino Masak memberi bantuan uang bagi Dina dan Pandhu untuk menyambung hidup.

Dina yang pernah bekerja sebagai customer service di salah satu toko elektronik dan toko donat di Surabaya ini, pada 2018 silam sengaja berhenti bekerja demi kehamilan pertamanya.

Ketika Pandhu lahir dalam kondisi tidak sempurna, kata Dina, suaminya memutuskan pergi. Sejak kelahiran Pandhu suaminya tidak lagi memberikan nafkah dan justru menyatakan cerai.

Tidak cukup dikecewakan suaminya yang tidak mengakui Pandhu dan berusaha menceraikannya, mertua Dina yang sejak awal tidak menyetujui pernikahan mereka juga tidak mengakui Pandhu.

Dina berencana memenuhi permintaan suaminya, segera mengurus surat cerai di pengadilan, setelah kondisi Pandhu stabil. Meski kecewa, Dina mengaku ikhlas dan siap merawat dan menafkahi Pandhu sendirian.

“Saya sempat diterima kerja kasir di perusahaan retail daerah Rungkut pertengahan November kemarin. Baru masuk sehari, Pandhu rewel terus. Saya akhirnya keluar,” katanya.


Dina Oktavia (21) saat menggendong Pandhu, anaknya yang mengindap hidrosefalus. Foto: Istimewa

Kalau memungkinkan, dalam waktu dekat Dina ingin membuka usaha es jus dan es puding susu yang bisa dia pasarkan melalui aplikasi dalam jaringan. Dengan begitu dia tidak perlu meninggalkan Pandhu.

Satu harapan perempuan yang pernah mengenyam pendidikan dan lulus dari salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Pariwisata di Surabaya terhadap pemerintah. Dia ingin dapat bantuan menempati rumah susun.

Putri bungsu dari empat bersaudara itu sejak kecil hidup di lingkungan yang kurang sehat dan cenderung kumuh di kawasan Jojoran. Saat hamil lima bulan, kakinya dua kali digigit tikus sampai berdarah.

“Di rumah saya memang banyak tikus. Maklum, lingkungan kumuh. Kalau hujan, ya, banjir. Soalnya ada atap yang bocor. Sudah lama ingin membetulkan atap tapi enggak ada duit,” kata Dina.

Dina bilang, kemungkinan besar kelainan hidrosefalus yang diderita Pandhu akibat gigitan tikus di kakinya. Salah seorang dokter di Surabaya pernah memeriksanya dan menyatakan demikian.

“Karena selama hamil, saya tidak pernah minum obat-obatan saat sakit atau makan makanan laut atau ikan bakar secara berlebihan. Buat makan sehari-hari saja sudah susah,” ujarnya.

Sebab itulah dia berharap bantuan rumah susun dari Pemerintah Provinsi Jatim atau Pemerintah Kota Surabaya. Apalagi dalam waktu dekat ini, rumahnya di Jojoran yang milik bibinya akan dijual.

“Semoga Bu Khofifah atau Bu Risma mendengar harapan saya,” kata Dina.

Prihatin atas kondisi yang dialami Dina dan Pandhu, Komunitas Tolong Menolong besutan Daniel Lukas Rorong sedang mencarikan rumah kontrakan sementara sembari menunggu bantuan rusun.

Daniel Rorong juga menjanjikan bantuan dari komunitas yang dia pimpin berupa modal usaha bagi Dina. Supaya Dina bisa memiliki penghasilan dan dapat merawat Pandhu dengan baik.

Tentu saja, harapan utama Dina hanya kesembuhan Pandhu. Lima bulan lagi, Pandhu akan menjalani operasi bedah plastik wajahnya. Selama menunggu, Pandhu juga harus menjalani kontrol secara rutin di RSUD Dr Soetomo.(den/iss)

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
27o
Kurs