Kamis, 2 Mei 2024

Sosok Gus Sholah di Mata Khofifah, Pertemuan Terakhir Hingga Pesan Persatuan

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Salahuddin Wahid atau akrab disebut Gus Sholah pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Foto: Istimewa

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur yang sekaligus Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) mengenang sosok almarhum Salahuddin Wahid atau akrab disebut Gus Sholah, seorang ulama besar Indonesia yang berpulang pada Minggu malam (2/2/2020) kemarin.

Menurut Khofifah, adik dari mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden ke-4 RI ini tidak hanya seorang ulama besar, tapi juga birokrat yang memiliki pemikiran rasional terhadap kebangsaan.

Meski pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), namun hal itu tidak mengurangi sensitifitasnya yang tinggi terhadap sosial kemasyarakatan dan dunia pendidikan.

“Meskipun pernah nyantri di Jateng, tapi beliau ini orang ITB. Jaringan ICMI sangat kuat, jaringan birokrat kuat. Sehingga berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran rasional dan update itu sangat luar biasa,” kenang Khofifah kepada Radio Suara Surabaya, Senin pagi (3/2/2020).

Ia juga mengingat bagaimana almarhum adalah sosok yang senang berinteraksi dengan tokoh-tokoh lintas bidang. Tidak hanya memposisikan diri sebagai ‘pencerita’, Gus Sholah kerap mengajak diskusi dan berbagi pandangan dalam suatu pembahasan.

Bahkan Khofifah menyebut, hingga berpulangnya almarhum, Gus Sholah masih produktif dalam menulis dan berdiskusi.

“Gus Sholah itu dikenal rasionalisasinya dalam mengambil keputusan relatif lebih kuat. Kalau dalil itu ada naqli dan aqli, beliau aqli lebih kuat. Sepertinya karena pernah ditempa di ITB itu, banyak berseiringan dengan aktivis gerakan ’66. Sehingga mempengaruhi lingkungan diskusi beliau,” ujarnya.

Pertemuan Terakhir dan Pesan Gus Sholah kepada Khofifah

Khofifah Gubernur Jatim sempat menjenguk Gus Sholah di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita di Jakarta, sekitar satu bulan yang lalu. Menurutnya, saat itu Gus Sholah dengan mendapatkan perawatan intensif dan dokter meminta beliau untuk istirahat dan melarang adanya kunjungan tamu.

Namun, berapa terkejutnya Khofifah, saat ia diminta datang oleh Gus Sholah ke rumah sakit melalui pesan pendek.

Saat ia datang mengunjungi Gus Sholah, cucu dari KH Hasyim Asy’ari pendiri NU tersebut malah mengajak Khofifah untuk berdiskusi.

“Tiba-tiba ada pesan beliau lewat whatsapp. Saat dijemput putranya, Irfan, saya naik (menuju kamar inap), dan kaget. Diskusinya sangat kualitatif dan sangat berat. Saya minta maaf ke Ibu Farida (istri Gus Sholah), ‘haduh, maaf beliau mengajak diskusi saya,’ saat dokter menyuruh beliau istirahat,” katanya.

Khofifah menyebut, meski kondisi fisik Gus Sholah semakin menurun, namun semangat pemikiran dan aktifitas intelektualnya tetap terjaga.

Dalam pertemuan itu, Gus Sholah juga menyampaikan pesan terakhirnya kepada Khofifah tentang arti kebangsaan dan pentingnya persatuan. Bahkan, Gus Sholah mengatakan pesan tersebut sebanyak tiga kali berturut-turut.

“Saya ingat beliau itu bilang ke saya, ‘mbak, PR kita itu persatuan, kedua persatuan, ketiga persatuan’, dan itu sering beliau ucapkan,” katanya.

Perjuangan Gus Sholah di Bidang Pendidikan

Sebagai pangasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Gus Sholah terkenal aktif dalam mengembangkan cabang ponpes di berbagai daerah wilayah di Indonesia.

Dilansir dari laman Kabar Jombang, Teuku Azwani Pengurus Pesantren Tebuireng mengatakan, total terdapat 15 cabang ponpes yang tersebar di sejumlah daerah seperti Pandeglang Banten, Indragiri Hilir Riau hingga Rejang Lebong Bengkulu.

Menurut Khofifah, Gus Sholah memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pondok pesantren meski terkendala kondisi jantung yang membuat Gus Sholah harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

“Banyak daerah yang ingin mendirikan cabang (ponpes) Tebuireng. Dari pedalaman Riau hingga Papua. Jadi yang beliau kunjungi jauh-jauh. Mulai dari persiapan pendirian sampai peresmian, kurikulum dan sebagainya. Berapa kali itu pulang dari Rumah Sakit langsung melakukan perjalanan jauh, perjuangannya luar biasa,” papar Khofifah.

Hal itu dilakukan, lanjut Khofifah, karena semangat Gus Sholah untuk memberikan ruang pendidikan dan menyelaraskan antara ilmu keagamaan, kebangsaan dan sosial kemasyarakatan seperti yang ditanamkan kepada seluruh santri.

Bahkan setiap kali bertemu, Khofifah menceritakan bagaimana Gus Sholah selalu mengajaknya berdiskusi untuk meningkatkan index pembangunan manusia dari sisi ekonomi, pendidikan hingga layanan kesehatan.

Terlebih, almarhum bercita-cita ingin membentuk Bank Syariah Umum dan Rumah Sakit Tebuireng. Namum sebelum rumah sakit tersebut selesai didirikan, Gus Sholah sudah terlebih dulu dipanggil oleh Sang Khaliq.

“Beliau cerita bagaimana ekonomi umat dapat dikembangkan. Beliau ingin punya Rumah Sakit Tebuireng. Beliau ingin ada Bank Waqaf Mikro sampai Bank Umum Syariah. Setelah itu ada layanan kesehatan, layanan ekonomi dan keinginannya untuk mendongkrak indeks pembangunan manusia itu kuat sekali,” papar Khofifah.

Menurut Khofifah, semangat dalam mengembangkan modernisasi pendidikan ini tidak terlepas dari ‘sifat titisan’ kakeknya KH Hasyim Asy’ari dan ayahanda KH Wahid Hasjim, yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia pendidikan dan menjadi pahlawan nasional Indonesia.

Setelah ini, Khofifah Gubernur Jatim beserta jajaran akan menjemput jenazah mendiang Gus Sholah dari Bandara Juanda.

“Mungkin saya akan mulai menjemput di Bandara Juanda lalu bersama-sama ke Jombang. Semoga amal ibadah beliau diampuni Allah SWT,” tutupnya.(tin/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
29o
Kurs