Rabu, 24 April 2024

Ahli: Program Deteksi Dini Kanker di Indonesia Belum Jalan

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Prof DR Aru W Sudoyo Ahli onkologi saat diwawancarai di RSCM Jakarta, Selasa (4/2/2020). Foto: Antara

Prof. Dr. Aru W Sudoyo Ahli Onkologi mengatakan, program deteksi dini atau skrining di Indonesia hingga saat ini masih belum berjalan dengan baik sehingga turut memicu tingginya angka kanker tiap tahun.

“Kanker itu saat ini di Indonesia sama juga dengan negara berkembang lainnya naik dengan amat pesat. Program deteksi dini belum jalan dan kita masih banyak bergerak di fasilitas kesehatan untuk pengobatan,” kata Prof. Aru di Jakarta seperti dilansir Antara pada Selasa (4/2/2020).

Ia menjelaskan, program deteksi dini merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui kanker dari stadium dini. Hal itu bisa berbentuk tes maupun pemeriksaan menggunakan alat tertentu.

“Tentunya harus menyangkut semua rakyat dan biayanya besar sekali,” ujar dia.

Khusus di Indonesia, deteksi dini yang baru jalan yaitu pemeriksaan atau tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) atau mendeteksi dini kanker serviks yang telah didukung oleh Iriana Joko Widodo Ibu Negara.

Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 264 juta lebih, maka diyakini pemerintah tidak akan mampu menjalankan program deteksi ini pencegahan kanker. Oleh karena itu, ia menyarankan dan mendorong agar ada bantuan dari komunitas atau lembaga swadaya masyarakat.

“Di sini Yayasan Kanker Indonesia masuk. Kami juga punya program deteksi dini sepanjang kemampuan dan tenaga dengan melakukan edukasi maupun pemeriksaan,” katanya.

Ia menjelaskan tingginya angka kanker juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat yang sudah semakin kompleks dan rumit. Hal itu bisa dilihat dari tambahan porsi dan pola makan seseorang. Sebagai contoh, seseorang lebih banyak makan yang mengandung lemak dan kurang serat, banyak mengonsumsi makanan cepat saji dan ditambah pula kurang aktivitas olahraga.

“Faktor tersebutlah yang memicu angka penyakit kanker naik pesat,” katanya yang juga Ketua umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tersebut.

Tingginya angka penyakit mematikan itu juga tercatat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dimana pasien paling dominan yaitu penyakit onkologi atau kanker.

Kanker merupakan sebuah penyakit yang sudah menjadi masalah besar dan harus segera ditagani. Hal itu dikarenakan berimbas pada penderitaan pasien, kehilangan tenaga kerja maupun anggota keluarga termasuk beban pemerintah yaitu BPJS Kesehatan. (ant/bas/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 24 April 2024
26o
Kurs