Jumat, 1 November 2024

Epidemiolog: PJJ Masih Pilihan Terbaik di Tengah Pandemi Covid-19

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Belajar di rumah. Foto: Antara

Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia Jatim menyatakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19 yang belum tuntas masih menjadi pilihan terbaik di bidang pendidikan di Indonesia.

”Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih menjadi pilihan terbaik untuk mencegah penularan antara siswa serta penularan siswa kepada guru,” kata dr Atik Choirul Hidajah M Kes Wakil Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia Jatim.

Meski demikian, Atik mengingatkan agar orangtua tetap mewaspadai imbas PJJ bagi kesehatan anak. Salah satunya Computer Vision Syndrome seperti gangguan mata, otot, dan penglihatan akibat aktivitas gawai terlalu lama.

Naning Pudjijulianingsih Child Protection Spesialist UNICEF menegaskan, prioritas sekarang adalah bagaimana semua anak terlindungi di tengah pandemi Covid-19.

Menurutnya, pembelajaran tetap muka (PTM) bergantung kesiapan stakeholder terkait. Teurtama kesiapan dari penyelenggara sekolah dan guru.

“Kemudian siapa yang mengawasi kalau PTM dijalankan. Apakah perlu ada Satgas? Ini perlu dipertimbangkan,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Atik dan Naning menyampaikan data dan pendapatnya ini dalam diskusi online oleh Lembaga Perlindungan Anak Tulungagung dan Jurnalis Sahabat Anak, Rabu (18/11/2020) lalu.

Pada kesempatan itu, Andriyanto Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur bilang beberapa daerah di Jatim sudah melaksanakan uji coba PTM.

Menurutnya, uji coba pembelajaran tatap muka di Jatim tidak bisa dielakkan lagi. Namun dia tegaskan, uji coba pembelajaran tatap muka itu mengedepankan penerapan protokol kesehatan secara ketat.

Dia menjelaskan, pembelajaran tatap muka penting dilakukan karena adanya kekhawatiran anak akan kehilangan kecerdasan akibat terlalu lama belajar secara daring.

Tidak hanya anak-anak dari kalangan ekonomi ke bawah, namun juga anak-anak dari keluarga menengah atas pun, menurutnya, bisa mengalami hal yang sama.

”Ada sebuah penelitian yang menunjukkan hasil mengkhawatirkan, bahwa anak akan kehilangan kecerdasan atau terjadi cognitive loss akibat pandemi ini,” kata Andriyanto.

Winny Isnaini Direktur Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung menambahkan, orang tua maupun anak-anak perlu menyiapkan banyak hal di tengah pandemi.

Orang tua, kata dia, harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kebiasaan baru, yakni mendampingi anak belajar secara daring yang sedang menjadi tren kekiniaan.

Sedangkan kepada anak-anak, LPA akan terus mengedukasi agar mereka mampu memanfaatkan dan mengendalikan IT untuk mendukung masa depannya.

“Jangan sampai anak-anak yang justru dikendalikan oleh IT,” katanya.(den/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 1 November 2024
28o
Kurs