Selasa, 19 Maret 2024

Jalan Keluar Mengusir Banjir di Tanggulangin

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Tim Kedaruratan Banjir Tanggulangin tengah berdiskusi memahami titik rawan penyebab banjir. Foto: Abidin suarasurabaya.net

Banjir yang merendam Desa Kedungbanteng dan Desa Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo selama sebulan lebih, karena buruknya wajah sungai Afvoer Kedungbanteng-Kedungpeluk.

M Yasin Pejabat Kepala Desa (Pj Kades), Selasa (25/2/2020) bersama Kapten Inf Karyo Edi (Danramil 0816/06 Tanggulangin), dan Kompol Hardyantoro Kapolsek Tanggulangin mencoba menyusuri Afvoer tersebut untuk melihat langsung wajah sungai itu.

Pantauan suarasurabaya.net, Tim dari Muspika itu menyusuri sungai Afvoer dengan start dari blok Jambe atau tepat di depan gerbang area pengeboran minyak milik PT Minarak Lapindo, mengarah ke utara.

“Ada beberapa titik tanggul sungainya terhempas. Itu berada di sebelah utara dari area pengeboran PT Minarak. Kira-kira selebar tiga bidang sawah, airnya langsung meluber ke timur (ke arah Desa Kedungbanteng, red),” ujar Yasin.

Temuan itu menurut Yasin akan dikomunikasikan ke Dinas PU Kabupaten Sidoarjo agar ada penanganan dibuatkan tanggul.

“Itu untuk jangka pendek bisa dikeruk, lumpurnya dipakai buat tanggul,” katanya.

Menurut pengamatan Yasin butuh beberapa langkah penanganan jangka panjang, agar banjir tak lagi melumpuhkan dua desa itu di tahun depan.

Diantaranya kata Yasin, perlu normalisasi sungai Afvoer Kedungbanteng hingga Kedungpeluk, Pembuatan Kisdam permanen di RT 7 sekaligus dengan rumah pompa.

“Agar saat hujan deras, pompa bisa menyedot air yang membanjiri sawah dan desa,” katanya.

Namun, Yasin belum begitu yakin langkah-langkah itu bisa menjadi jaminan Desa Kesungbanteng dan Desa Banjarasri terbebas banjir seratus persen.

Sebab, kata Yasin debit air yang mengalir ke utara ke Kedungpeluk lalu menuju sungai besar di sungai Mbah Kepuh seringkali kalah dengan volume aliran air dari Dam Ngaban Balongdowo (aliran air dari barat).

Menurut Yasin, hulunya air yang menjadi banjir ini mulai dari air sawah Desa Putat dan Desa Balongdowo (dukuh Gabus). Lalu, semuanya mengalir berujung ke Kedunbanteng, kemudian ditarik lagi mengalir ke arah utara ke Kedungpeluk dan di Kendaldoyong

“Di Kendaldoyong situ ada pertemuan sungai dari Afvoer Kedungbanteng dan dari sungai Mbah Kepuh yang berasal dari Dam Ngaban Balongdowo. Di sana airnya lebih besar. Kalau ada hujan deras di sisi barat, air masuk sungai Mbah Kepuh sangat deras. Sehingga, air dari Kedungbanteng-Kedungpeluk itu balik (back water), kalah dengan aliran deras dari sungai Mbah Kepuh,” katanya.

Bahkan, kata Yasin dirinya mendapat informasi dari petani tambak kalau di daerah Tambaksrono juga ada penyempitan sungai.

“Sudah ditinjau oleh Dinas PU, katanya mau ditangani,” katanya.

Selain penanganan sungai Afvoer itu, menurut Yasin juga butuh segera meninggikan jalan yang membelah memisahkan antara area pengeboran PT Minarak yang memang datarannya lebih tinggi. Sehingga, laju deras air tidak cepat masuk ke Desa.

“Peninggian jalan Kedungbanteng juga harus segera. Lalu pembersihan bangunan liar di kanan kiri sungai yang membelah antara Desa Kedungbanteng dan Banjarasri juga harus disegerakan,” katanya.

Terlepas dari rencana jangka panjang yang butuh prosedur Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo itu, Yasin tetap bergerak dan mengajak warga untuk bahu membahu mengatasi banjir yang sudah sebulan lebih ini.

Penyedotan air yang dibantu Pompa dari Kabupaten Sidoarjo, BPBD Provinsi, dan Dinas PU Provinsi terus dilakukan. Meski berulangkali terjadi back water atau arus balik air tetap merendam 6 RT di dua desa itu.

“Kemarin Sabtu sempat surut, sekarang kembali lagi seperti banjir kemarin-kemarin,” katanya. (bid/bas/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 19 Maret 2024
31o
Kurs