Rabu, 24 April 2024

Manfaatkan Teknologi Fermentasi, Bantu Peternak Sapi di Lamongan

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Sebagian tim mahasiswa ITS yang memberikan bantuan pakan ternak yang memanfaatkan fermentasi untuk peternak di Lamongan. Foto: Humas ITS

Dosen dan mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) lakukan Pengabdian Masyarakat (Abmas) Teknologi Tepat Guna dan Kuliah Kerja Nyata (KKN), terkait banyaknya peternak sapi di Kabupaten Lamongan yang menggunakan pakan ternak dari tumbuhan hijau dan sisa pertanian, yang menyulitkan saat kemarau.

Tergabung dalam sebuah tim, Dosen dan mahasiswa ini membantu masyarakat Desa Bluri, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan membuat pakan ternak murah dan mudah. Dalam pembuatannya, mereka memanfaatkan teknologi fermentasi pada limbah pertanian di masyarakat.

Siti Zullaikah PhD., Ketua tim, menyampaikan bahwa Lamongan merupakan kabupaten dengan komoditas pertanian padi dan jagung yang unggul. Namun selain menjadi petani, sebagian besar masyarakat di daerah tersebut juga menjadi peternak sapi. “Rata-rata warga desa tersebut memiliki satu sampai tiga ekor sapi,” terang Siti Zullaikah.

Dosen yang kerap disapa Zulle ini melanjutkan, para peternak sapi di Desa Bluri ini masih memelihara ternaknya secara tradisional. Mereka hanya menggunakan pakan ternak dari tumbuhan hijau dan sisa pertanian.

Hal ini menyebabkan para peternak kesulitan mendapat pakan ternak saat musim kemarau. “Karena hanya mengandalkan tumbuhan hijau dan sisa pertanian, pakan yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang masih rendah,” tambah Zulle.

Permasalahan lain yang tidak kalah penting, lanjut Zulle adalah warga di desa tersebut tidak memiliki lahan yang cukup untuk menanam budidaya tanaman hijau sebagai bahan pakan ternak.

Pada umumnya, lahan yang mereka miliki hanya dapat digunakan untuk menanam tanaman pangan. “Hal ini tentu saja dapat berpengaruh terhadap produktivitas ternak, karena kurangnya jumlah pakan ternak yang ada,” ujar Zulle.

Untuk mengatasi hal tersebut, papar Zulle perlu adanya pakan alternatif sebagai pengganti tumbuhan hijau. Pemanfaatan limbah pertanian dengan menggunakan bioteknologi dinilai cocok untuk diterapkan.

Berdasarkan hal tersebut, Zulle dan tim sepakat menggunakan limbah jerami padi dan tebon jagung, karena jumlahnya yang melimpah di desa tersebut. Doktor lulusan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini memaparkan bahwa abmas timnya diawali dengan survei ke desa binaan untuk pencarian data primer dan sekunder.

Selanjutnya mereka membuat mesin giling yang berfungsi untuk mengecilkan ukuran jerami padi dan tebon jagung. Mesin giling ini kemudian disumbangkan ke Kelompok Masyarakat (Pokmas) MSA Mandiri di desa tersebut. “Lalu dilanjutkan dengan pembuatan biakan mikroba, pembuatan modul, dan pembuatan pakan ternak,” terang Zulle lagi.

Secara umum, lanjut Zulle pembuatan pakan ternak dimulai dengan mengecilkan ukuran jerami padi dan tebon jagung menggunakan mesin giling.

Selanjutnya, bahan-bahan ini diaduk merata dan ditambahkan dengan campuran mikroba, tetes, garam dan air. Adonan tersebut dibuat dengan kadar air 30 sampai 40 persen. “Setelah itu, adonan difermentasi selama satu minggu,” kata Zulle.

Setelah pakan ternak berhasil dibuat, Zulle bersama tim melakukan uji coba ke ternak sapi dan mengukur kenaikan bobot sapi perhari untuk melihat hasilnya. Abmas dilanjutkan dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pakan ternak dari limbah pertanian kepada warga sekitar. “Tak lupa kami juga melakukan pelatihan kepada mereka,” ujar Zulle.

Menurut perempuan berhijab ini, abmas yang dilakukan selama satu bulan tersebut mampu membantu para peternak dalam menyediakan pangan. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan bobot sapi harian yang jauh lebih besar dibanding dengan pakan ternak yang sebelumnya digunakan. “Kenaikan hampir enam kali lebih besar,” tambah Zulle bangga.

Zulle berharap warga dapat terus menggunakan pakan ternak fermentasi ini untuk peternakannya. Zulle juga berharap agar produktivitas peternak di Desa Bluri ini semakin meningkat. “Semoga solusi yang kami tawarkan ini dapat membantu para peternak mengatasi permasalahan pakan,” pungkas Zulle.

Sementara itu, dosen dan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat (Abmas) Teknologi Tepat Guna dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Lamongan ini adalah Siti Zullaikah PhD (Departemen Teknik Kimia), Bambang Pramujati PhD (Departemen Teknik Mesin), Dr techn Endry Nugroho P (Departemen Biologi), dan Afifatul Jannah ST (Departemen Teknik Kimia).

Para dosen tersebut juga dibantu tim mahasiswa KKN yaitu, Yoga Ilham Maulidi (Departemen Teknik Mesin), Joseph Johannes De Brito Krisnanda Widiarta (Departemen Teknik Mesin), Fahreza Aji Taruna (Departemen Teknik Mesin), Rohmah Hidayah (Departemen Teknik Elektro Otomasi), dan Nur Jihan Salsabila (Departemen Statistika Bisnis).(tok/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 24 April 2024
28o
Kurs