Jumat, 26 April 2024

Khofifah Minta Bupati Tuban Segera Usulkan Gelar Pahlawan untuk Soegondo Djojopoespito

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim (berhijab putih) saat memimpin Upacara Sumpah Pemuda di Alun-Alun Tuban, Kamis (28/10/2021). Foto: Humas Pemprov Jatim

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur meminta Bupati Tuban segera mengusulkan gelar Pahlawan Nasional untuk Soegondo Djojopoespito.

Soegondo adalah pemuda asal Tuban yang memimpin Sidang dalam Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928 yang kini dikenal sebagai peristiwa Sumpah Pemuda.

Dia meminta Aditya Halindra Faridzky Bupati Tuban untuk segera melengkapi berkas persyaratan pengajuan Soegondo sebagai Pahlawan Nasional.

“Jadi sebetulnya sudah pernah diajukan oleh pemerintah provinsi DIY karena makam beliau di Yogya. Tapi dalam catatan yang sampai ke saya ada dokumennya yang belum lengkap. Jadi mohon berkas pengajuan segera diajukan oleh Pemkab Tuban dan dilengkapi kemudian diteruskan ke provinsi untuk segera diajukan ke dewan gelar nasional,” kata Khofifah.

Dia menyampaikan itu saat menjadi Inspektur Upacara Hari Sumpah Pemuda ke-93 di Alun-Alun Kabupaten Tuban, Kamis (28/10/2021).

Khofifah bilang, selain sebagai tokoh aktif Perhimpunan Pelajar- Pelajar Indonesia (PPPI), Soegondo Djojopoespito adalah putra Jawa Timur.

Perannya sangat penting dana sangat menginspirasi peristiwa Sumpah Pemuda. “Atas perjuangan itu, sudah sepatutnya kita usulkan beliau menjadi pahlawan nasional,” ujarnya.

Sementara itu, dalam momen peringatan Sumpah Pemuda ini Khofifah mengajak segenap kaum muda Jawa Timur untuk memperkuat solidaritas dan kebersamaan untuk bangkit dari pandemi Covid-19.

Dalam momen Sumpah Pemuda ini, dia meyakini, tumbuhnya solidaritas terutama dari generasi milenial adalah modal yang sangat baik untuk bangkit dari pandemi.

“Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran besar tentang solidaritas. Tumbuh empati masyarakat dengan berbagai inisiatif saling membantu sesama. Di dalam gerakan itu banyak anak muda yang turut berpartisipasi untuk saling membantu,” ujarnya.

Dia melihat kecenderungan itu sebagai kebangkitan semangat gotong royong yang sesungguhnya, selama ini, merupakan nilai-nilai bangsa Indonesia.

Penguatan solidaritas dan kebersamaan itu penting dilakukan, mengingat saat ini adalah era teknologi digital yang mana tantangan yang dihadapi adalah individualisme.

Hampir semua bidang kehidupan, ujarnya, sekarang bertumpu pada pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Anak muda yang tumbuh bersama dan memiliki penguasaan TIK terbukti lebih mampu beradaptasi dengan tatanan kehidupan baru.

Bahkan, kata Khofifah, mereka mampu menghasilkan karya dan inovasi yang bermanfaat. Namun, dia tekankan lagi, sifat individualisme menjadi tantangan.

Sifat itu, kata dia, adalah konsekuensi logis berkembangnya TIK yang melewati batas wilayah dan membawa nilai-nilai baru kepada anak muda, meski tidak semuanya baik untuk bangsa kita.

“Individualisme melunturkan solidaritas, menghilangkan empati dan rasa kebersamaan antara kita. Dari sini kita mendapatkan momentum penting. Dalam berbagai momen perjalanan bangsa ini, anak muda selalu menjadi penggerak kebangkitan dan kemajuan. Maka hari ini saya meyakini ketika anak muda saling bergandengan tangan, berkolaborasi, dan berinovasi, maka kita akan tumbuh dan mampu bangkit melewati masa sulit ini,” ujarnya.

Menurutnya, Sumpah Pemuda adalah sebuah peristiwa besar, peristiwa yang di dalamnya segenap ego dan kepentingan lebur dalam ikatan persaudaraan.

Dia mengutip pernyataan yang sering dilontarkan Joko Widodo Presiden tentang wedaran Sunan Kalijogo yakni ‘Suro diro joyodiningrat lebur dening pangestuti (segenap kebesaran diri lebur dihadapan kasih sayang).

Menurutnya, wedaran itu bisa menggambarkan bagaimana sikap egoistis runtuh dan lahir solidaritas bersama untuk bersatu.

Runtuhnya ego dan lahirnya solidaritas juga terlihat dari ikrar ‘Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia’.

Terlihat kebesaran kalangan pemuda dari wilayah Jawa yang meskipun dari kalangan mayoritas namun tidak memaksakan bahasa Jawa sebagai bahasa nasional.

“Kehendak menjadi satu untuk bersama telah meluruhkan ego kedaerahan, ego intelektualitas dan ego status sosial, semuanya hendak berhimpun bersama dalam rangka membangun kesatuan menggunakan Bahasa Indonesia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Khofifah juga berpesan kepada generasi muda untuk terus membangun kemandirian, karakter, dan menguasai teknologi digital.

Selain itu, dia juga berpesan untuk terus berusaha dan jangan pernah menyerah.

“Untuk seluruh pemuda Jawa Timur, generasi milenial, zaman sudah berubah. Bersiaplah dengan ilmu, pengalaman dan kembangkan talentamu. Kuatkan niat untuk sukses, bergeraklah, kuasailah zaman digital ini, mulailah berusaha, mulailah mandiri, jangan mudah putus asa, karena di pundak kalian masa depan digantungkan,” katanya.

Hari Sumpah Pemuda ke 93 kali ini mengambil tema ‘Bersatu, Bangkit dan Tumbuh’. Tema ini diambil untuk menegaskan kembali komitmen yang dibangun para pemuda yang mengikrarkan sumpah pada 1928 silam.

Pelaksanaan upacara Sumpah Pemuda Provinsi Jatim tahun ini digelar berbeda. Bila setiap tahun digelar di halaman Gedung Negara Grahadi, kali ini digelar di Alun-Alun Tuban.

Alun-alun Tuban dipilih karena Bupati Tuban dinilai sebagai sosok yang mewakili wujud pemuda millenial Jatim yang inspiratif dan inovatif.

Selain itu, Tuban merupakan tempat kelahiran Soegondo Djojopoespito, pemuda yang merupakan pemimpin Kongres Sumpah Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928.(den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs