Minggu, 16 Juni 2024

Panduan Isoman yang Aman bagi Pasien Covid-19 Bergejala Ringan

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Ilustrasi

Peningkatan kasus Covid-19 membuat rumah sakit dan tenaga medis kewalahan melayani pasien. Rumah sakit penuh bahkan banyak tenaga kesehatan yang terpapar. Masyarakat jadi khawatir, bagaimana jika sudah terinfeksi tapi tidak bisa masuk rumah sakit dan harus isolasi mandiri (isoman).

Dr. dr Agung, Sp. MK (K). Dewan Pakar Satgas Covid-19 Jatim membahasnya dalam ‘Penyelenggaraan Isoman Yang Aman’ di acara Ngobras, Ngobrol Bareng Sama Ahlinya, yang disiarkan secara daring, Sabtu (31/7/2021).

Dokter Agung menjelaskan, varian delta yang pertama kali diindentifikasi di India pada Oktober 2020 ini sangat berbahaya. Satu orang terpapar bisa menyebarkan virus ke banyak orang dalam waktu singkat.

Sebagai ilustrasi, dia mencontohkan, penularan dari satu orang itu sanggup menyebar ke sepuluh orang dan seterusnya. Jadi dalam satu hari bisa menyebar ke banyak orang. Bahkan yang beredar di sosmed, berpas-pasan saja bisa langsung tertular.

“Delta ini transmissibility-nya 97 persen, jadi angka keberhasilan untuk menularkan hingga 97 persen. Kurang sedikit 100 persen. Kegagalannya hanya 3 persen saja,” urainya.

Bagaimana strategi menghadapi varian delta?

“Tentunya strategi sudah disiapkan, dan kita harus konsisten dan istiqomah, tidak hanya setelah kasusnya menurun, karena tidak menutup kemungkinan kelonggaran sedikit saja dari protokol kesehatan, bisa membahayakan. Jadi harus tetap menerapkan protokol kesehatan ketat 3M dan 5M,” jelasnya.

Ia pun menyampaikan, jika PPKM 4 juga berdampak pada masyarakat. Karena jarang ketemu, sehingga tidak saling menularkan, apalagi banyak yang sedang isoman. Penerapan WFH saat zona merah juga tepat, tidak melakukan kontak di kantor sehingga proses penularan juga menurun.

Belakangan ini kata dokter Agung, isoman menimbulkan masalah, karena yang tidak mendapat rumah sakit akhirnya memilih isoman di rumah.  Bahkan, di Jawa Timur ada sekitar, 24 ribu orang melakukan isoman tanpa adanya pengawasan dari dokter.

“Karena kita tahu dokter kewalahan dan rumah sakitnya penuh. Bahkan berdasar data dari DIY Jogyakarta, isoman saat PPKM, yang meninggal hingga 2 ribu orang. Sebanyak 1.400 orang meninggal di rumah sakit dan 600 orang karena sedang isoman di rumah,” paparnya.

Untuk itu, kata dokter Agung, menentukan isoman ada syaratnya, antara lain tidak bergejala atau gejala ringan, kalau gejalanya berubah makin buruk tidak disarankan, karena membahayakan. Berikut ini cara melakukan Isoman yang aman.

Pertama, lingkungan rumah harus punya ventilasi yang baik. Kedua, kamar tersendiri. Kalau rumah hanya memiliki satu kamar maka tidak layak dilakukan. Ketiga, kamar mandi tersendiri. Karena penggunaan kamar mandi bersama sangat berisiko penularan, misalnya dari ludah yang dibuang. Keempat, menyiapkan alat yang memadai di rumah. Baik thermometer, dan oxymeter.

Protokol isoman yang harus ditaati

Pertama, tetap di rumah selama isoman, usahakan ada saudara yang menyuplai makanan. Jangan jalan-jalan keluar, ini akan berisiko menularkan. Kedua, menggunakan masker agar tidak mengkontaminasi lingkungan. Kemudian ketiga, selalu jaga jarak.

Adapun protokol keempat, cuci tangan sesering mungkin. Kelima, menerapkan etika batuk dan bersin. Keenam, rutin memeriksa saturasi oksigen. Lalu yang ketujuh, makan makanan bergizi.

Dokter Agung mengatakan, soal urusan makan pada orang yang terkena Covid-19 termasuk susah-susah gampang. Karena seringkali seseorang yang terinfeksi ini selera makanannya hilang akibat terkena anosmia (kehilangan indera penciuman).

“Memang untuk masalah makan ini menjadi perhatian. Ini sangat penting karena anoreksia yang dihasilkan oleh infeksi virus Covid sangat luar biasa. Anoreksia bisa terjadi dari seminggu hingga tiga minggu, jadi  tetap harus makan,  karena tubuh asupan nutrisi, dan protein,” jelasnya.(man/den)

Berita Terkait

..
Surabaya
Minggu, 16 Juni 2024
25o
Kurs