Jumat, 26 April 2024

Penanggung Jawab RSLI: Kami Tidak Pernah Kabarkan Adanya Varian Covid-19 Mu

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Laksamana Pertama dr. Ahmad Samsulhadi, MARS, Penanggungjawab Rumah sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya, Jumat (10/9/2021). Foto : Manda Roosa suarasurabaya.net

Laksamana Pertama dr. Ahmad Samsulhadi, MARS Penanggung Jawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya mengklarifikasi berkembangnya isu pemberitaan soal kemungkinan munculnya varian Covid-19 Mu.

Ia menegaskan bahwa RSLI tidak pernah punya kewenangan delcare varian baru yang muncul.

“RSLI tidak pernah mengabarkan adanya varian baru Mu . Tugas RSLI merawat pasien covid-19, melakukan tindaklanjut apabila ada yang perlu dicermati dan melaporkannya kepada pemangku kebijakan dalah hal ini Dinkes Provinsi Jatim dan Gubernur. Setelah itu baru kita tindaklanjuti setelah rilis resmi dari mereka,” kata Samsulhadi

Demikian juga soal keberadaan pasien PMI yang jadi pembicaraan.

“Terkait covid-19 yang kebanyakan diderita oleh mereka adalah masuk dalam Variant of Consequence (VoC), karena merupakan pelaku perjalanan internasional, maka selain tugas kami merawat, juga sebagai ilmuan dan profesional di bidang kesehatan kami aware terhadap fenomena yang ada untuk bisa mengumpulkan data dan kami tindaklanjuti dengan penelitian dan kami sampaikan kepada pihak terkait,” ujarnya.

Ia juga menunjukan fakta menarik, soal hasil CT, karena sejak penanganan PMI mulai 6 Mei 2021, dimana setelah 8 / 10 hari dan kini 12 hari dirawat dan dilakukan tes usap PCR lanjutan ternyata banyak sekali dijumpai hasil CT Valuenya dibawah 25,yakni sebanyak total 879.

Dari jumlah itu pun, terdapat 78 yang jumlah CT Valuenya dibawah 15, serta 22 orang dengan CT Value antara 5-10 serta 2 orang dengan CT value di bawah 2.

“Terhadap fenomena ini, sekali lagi kami tidak pernah declare adanya varian baru. Hanya saja, alangkah sayangnya apabila data-data menarik ini lewat begitu saja, sehingga kami sampaikan kepada pihak terkait, termasuk pemerintah untuk menindaklanjuti,” katanya.

Sementara itu, dr. Nevy Shinta Damayanti menjelaskan terkait kewaspadaan terhadap PMI.

“Di Indonesia pintu masuk PMI hanya dua, yakni Jakarta dan Surabaya. Sehingga keberadaanya perlu dicermati. Semua yang terkonfirmasi positif memang rata-rata tanpa gejala (OTG) hinggga gejala ringan. Meskipun demikian bagi yang mempunyai komorbid, seperti hipertensi, obesitas, gula darah dsb. perlu diwaspadai,” ingatnya.

Dokter  Nevy menambahkan,  penjelasan terkait kewaspadaan terhadap PMI, karena di Indonesia pintu masuk PMI hanya dua, yakni Jakarta dan Surabaya. Sehingga keberadaanya perlu dicermati.

Kata Nevy, semua yang terkonfirmasi positif memang rata-rata tanpa gejala (OTG) hinggga gejala ringan. Meskipun demikian bagi yang mempunyai komorbid, seperti hipertensi, obesitas, gula darah dsb. perlu diwaspadai.

“Sebagai pintu masuk PMI, kita mempunyai SOP khususnya bagi pasien dengan ciri-ciri khusus akan dilakukan Whole Genome Sequencing (WGS). Tentang varian baru, gejalanya hampir sama, tapi virus sebagai makhluk hidup tentunya juga belajar dan menyesuaikan diri, dan mengelabui peneliti, yang itulah ciri dari adanya perubahan/mutasi,” ujarnya.

Terhadap pasien PMI juga dilakukan edukasi yang tepat, karena terkadang mereka yang dari luar negeri menerima informasi yang simpang siur tentang Covid-19, termasuk masalah aturan karantina.

Dokter Nevy menegaskan, yang jelas mereka dari luar negeri harus benar-benar sudah clear saat akan kembali ke masyarakat, sehingga tidak lagi ada penularan yang massif hingga terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). (man/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs