Sabtu, 27 April 2024

Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Tak Perlu Ragu Divaksinasi

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi vaksinasi di pedulilindungi.id

Dokter Gatot Sugiarto dari Satgas Covid-19 Jawa Timur mengajak masyarakat yang sudah memenuhi syarat menerima vaksin, segera mendaftarkan diri melalui website pedulilindungi.id atau aplikasi PeduliLindungi.

Calon penerima vaksin yang sudah terdaftar akan mendapatkan alokasi waktu, tempat, dan jenis vaksin yang paling sesuai usia, penyakit penyerta, atau yang sehat akan dipilihkan dokter yang ahli di bidangnya.

“Sambil tetap disiplin protokol kesehatan, marilah kita secara bersama-sama mendukung program vaksinasi nasional. Mari kita dukung upaya memerangi pandemi ini dengan saling bahu-membahu, mendukung, memberi informasi yang benar. Jangan menggembosi dengan menyebarkan informasi yang keliru, yang diputarbalik, untuk menggagalkan program vaksinasi. Insyaallah bersama kita bisa mengalahkan Covid-19,” kata dokter Gatot kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (26/1/2021).

Dokter Gatot menjelaskan, umumnya vaksin adalah virus atau bakteri yang dilemahkan, dimatikan, atau bagian dari virus atau bakteri yang disuntikkan ke orang sehat dengan tujuan merangsang sistem imunnya sehingga tubuhnya dapat membentuk antibodi, kemudian mengaktifkan sel-sel imun yang dapat menangkal masuknya virus itu di masa mendatang.

“Sel imun mencegah agar tidak tertular, atau kalau tertular tidak sampai mengalami gejala berat, hanya gejala ringan,” ujarnya.

Berdasarkan pertimbangan risiko, kelompok pertama yang diprioritaskan menerima vaksin adalah tenaga kesehatan yang setiap hari menangani dan bertemu pasien Covid-19, mulai dari dokter, perawat, tenaga administrasi, sampai cleaning service rumah sakit.

Selanjutnya petugas pelayanan publik yang harus terlibat langsung dengan masyarakat. Lalu kelompok usia lanjut, kemudian tokoh masyarakat, tokoh agama, pelaku perekonomian strategis yang harus kerja di luar rumah, tenaga pendidik, baru masyarakat umum.

Adapun cara kerja vaksin Covid-19 yaitu, setelah disuntikan–entah itu virus yang dimatikan, komponen virusnya saja, atau kode genetik protein virusnya–semua sama, pada prinsipnya akan merangsang timbulnya antibodi spesifik terhadap virus penyebab Covid-19 atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)

Dengan begitu ada sel-sel imun yang memproduksi antibodi, ada juga yang bertindak membunuh sel-sel yang sudah terinfeksi sehingga sel itu tidak bisa dipakai virus beranak-pinak. Ada juga sel yang mempunyai memori, walaupun suntikan hanya diberikan dua kali, kalau terpapar SARS-CoV-2, memori sel akan membuat sistem imun sudah siap. Tidak perlu divaksin berulang-ulang

Sementara hal yang perlu dipersiapkan masyarakat yaitu keyakinan bahwa vaksin ini aman. Sudah dipastikan dalam uji klinis fase satu, keamanan. Fase kedua, keamanan dan efektivitas. Fase ketiga, keamanan, efektivitas, dan efek sampingnya pada penerima vaksin.

“Tidak perlu ada keragu-raguan. Vaksin yang kita pakai ini alhamdulillah sudah dinyatakan bermutu karena sudah dikaji BPOM dan mendapatkan persetujuan penggunaan darurat, sudah mendapatkan sertifikat dari MUI, halal dan suci. Sudah terbukti aman, dapat merangsang timbulnya antibodi, memenuhi efikasi 50 persen seperti yang disyaratkan WHO, presiden dan tokoh masyarakat juga sudah memberikan contoh,” kata Gatot.

Menurutnya, tingkat efikasi uji klinis vaksin Covid-19 di Bandung lebih rendah karena penerimanya masyarakat umum dengan tingkat risiko bervariasi. Sedangkan tingkat efikasi di Turki tinggi karena penerimanya 25 persen tenaga medis, sisanya kelompok masyarakat risiko infeksinya tinggi

“Indikator vaksin sukses bekerja di tubuh manusia ada dua, tingkat perorangan dan masyarakat. Indikator di tingkat perorangan sudah dilakukan saat uji klinis. Orang-orang yang ikut serta diberi suntikan vaksin dan dipantau apakah timbul antibodinya. Saat uji klinis di Bandung, 99,23 persen sampai bulan ketiga masih punya antibodi yang tinggi,” tuturnya.

Sementara, indikator tingkat masyarakat bisa dilihat dari laju pertambahan kasus, angka kematian, dan tingkat keterisian rumah sakit. “Kalau sudah herd immunity, risiko penularan bisa dikendalikan dan mata rantai penularan virusnya sudah bisa kita potong,” kata dia.(iss/lim)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
26o
Kurs