Jumat, 26 April 2024
Kunjungan Pertama dan Terakhir

Selamat Berlayar Menuju Keabadian, Kolonel Harry Setyawan

Laporan oleh Restu Indah
Bagikan
Mayor Laut Erich Mahardika Kabid Public Affair CARAT 2019 (kiri), Kolonel Laut (P) Harry Setiawan Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koarmada II (tengah), dan Lettu Laut (P) Muhadi (kanan) saat berkunjung ke Suara Surabaya Media pada Senin (22/3/ 2021). Foto: Suara Surabaya

Kemampuan anak bangsa menciptakan Kapal Selam bukan lagi mimpi, KRI Alugoro yang diserahterimakan kepada TNI AL pada 17 Maret 2021 lalu oleh Prabowo Subianto Menteri Pertahanan (Menhan) menjadi jawaban angan-angan bagi Indonesia memiliki kapal selam yang tangguh.

Bahkan yang membanggakan, Indonesia menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang mampu membuat kapal selam. Dan ini menjadi tonggak sejarah bangsa.

Saat berkunjung ke Suara Surabaya Media pada (22/3/ 2021), Kolonel Laut (P) Harry Setiawan Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koarmada II, menceritakan prestasi anak negeri ini dengan bangga dan antusias.

Waktu itu, komandan yang membawahi lima kapal selam ini mengatakan, kapal selam menjadi bagian dari alutsista yang sangat penting bagi negara Indonesia.

“Kapal Selam kita punya kemampuan susah dideteksi, kemampuan peperangan bawah air untuk menghancurkan kapal musuh, dan punya pasukan khusus.  Contohnya pada saat merembut Irian Barat yang dilakukan pasukan RPKAD. Waktu itu  pasukan kita masuk tanpa terdeteksi, kita juga bisa menyebar ranjau di daerah lawan, jadi ini sangat berbahaya sekali bagi pertahanan musuh,” terangnya.

Kolonel Laut (P) Harry Setiawan Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koarmada II (dua dari kanan) dan Lettu Laut (P) Muhadi (kiri) berfoto bersama Restu Indah dan Emma Rahmawati, dua penyiar Suara Surabaya pada Senin (22/3/ 2021). Foto: Suara Surabaya

Seperti diketahui, Indonesia adalah pionir dalam mengoperasikan kapal selam. Tak main-main. Indonesia di zaman Soekarno memiliki 12 kapal selam kelas “Whiskey” yang mendukung pertahanan laut Indonesia.

Pada 1962, Belanda bahkan pernah ciut nyalinya melawan Indonesia dalam perebutan Irian Barat.  Armada laut Indonesia dengan kapal selamnya mampu membuktikan kedigdayaannya.

“Satu di antara kapal selam di era Soekarno sekarang sudah menjadi museum yaitu kapal selam Pasopati 410 yang ada di kawasan Delta (Jl Pemuda) Surabaya,” terangnya.

KRI Pasopati 410 yang namanya diambil dari senjata tokoh pewayangan Arjuna ini merupakan kapal selam museum nonaktif kelas Whiskey milik Angkatan Laut Indonesia, pemberian Uni Soviet.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang memiliki kapal selam terbanyak di Asia Tenggara, Submarine menjadi sangat penting bagi perairan Indonesia, karena letak negara yang sangat strategis dilewati semua kapal yang melintasi Samudera.

“Wilayah Indonesia itu perempatan semua yang melewati Samudera Hindia dan Samudera Pasifik akan melintasi Indonesia, termasuk kapal selam negara adidaya pasti akan lewat sini, jika kita tidak punya kemampuan mendeteksi, ibarat sebuah rumah kita tidak akan tahu siapa tamu yang masuk rumah kita. Ke depan kita harus punya kapal selam yang canggih supaya kita tidak dilecehkan negara lain,” kata pria yang dibesarkan dari keluarga TNI ini.

Sebelum dinyatakan hilang dan tenggelam di perairan Bali, Indonesia memiliki 5 kapal selam yang menjadi kekuatan angkatan laut Indonesia.

Dua buatan Jerman, termasuk KRI Nanggala-402 jenis kelas Cakra yang sudah ada sejak 1980an, dan KRI Cakra-401 yang telah digunakan TNI AL selama 40 tahun.

Selain Jerman, Korea Selatan juga membuatkan tiga kapal selam untuk Indonesia, yakni KRI Nagapasa-403 dan Ardadedali-404. Kapal selanjutnya adalah KRI Alugoro-405 yang merupakan kapal selam buatan PT PAL Indonesia di bawah kerja sama Indonesia dan Korea Selatan.

Kapal selam Alugoro 405 produksi PT PAL Indonesia (Persero) memakai skema Transfer of Teknologi (TOT) dengan perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME).

Kenapa Korea Selatan dipilih untuk pembuatan Kapal Alugoro, kata Kolonel Harry karena negara tersebut bersedia untuk transfer teknologi dengan Indonesia, sehingga kedepan diharapkan anak bangsa bisa menciptakan kapal selam sendiri.

“Tidak semua negara punya keinginan dan kemauan TOT, dan share teknologi. Sehingga Korea Selatan yang pernah kita ajak kerja sama untuk perbaikan Nanggala-lah yang kita pilih. Transfer of tecnology ini penting bagi kita.” tambah ayah empat orang anak ini.

Kolonel Harry Setyawan yang menjabat sebagai Dansatsel Koarmada II sejak 6 Maret 2021 itu sebelumnya pernah menjadi Komandan KRI Nagapasa (403).

Kapal selam buatan galangan kapal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Okpo, Geoje, Gyeongsang Selatan, Korea Selatan ini berlayar ke Indonesia di bawah pimpinan Harry Setyawan saat pangkatnya Letkol Pelaut.

KRI Nagapasa 403 termasuk dalam armada pemukul Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur.

Kapal Selam RI Punya Daya Gentar

Modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI terus dilakukan untuk memperkuat pertahanan nasional di tengah kondisi geopolitik.

Bukan untuk gagah-gagahan, bukan ingin mengancam siapa pun namun menurut Kolonel Harry yang mengutip pernyataan Menhan Prabowo, daya tawar negara kita akan lebih tinggi, punya daya gentar, atau deterrence effect dan tidak dilecehkan negara lain jika Indonesia memiliki alusista yang kuat.

“Teknologi kapal selam terus disempurnakan, kalau kita di bawah air itu bukan berisik-berisikan, tapi diem-dieman gimana caranya agar kita tidak terdengar, noise-nya dikurangi. Sepanjang belum ada teknologi untuk membuat air laut menjadi terang,  kapal selam akan tetap menjadi ancaman serius, yang riil bagi lawan,” terang pria yang hobi bermain musik ini.

Kolonel Hary juga menegaskan, untuk mendeteksi keberadaan satu kapal selam tidak bisa hanya mengadalkan satu kapal saja, melainkan harus melibatkan banyak alat tempur lainnya seperti kapal dan pesawat.

Cerita kecanggihan kapal selam yang disampaikan lewat Suara Surabaya ini masih terkenang, diungkapkan dengan penuh kebanggaan sebagai prajurit penjaga kedaulatan bangsa.

Kolonel Harry yang datang bersama anak buahnya yakni Lettu Muhadi dan Mayor Errick sempat berjanji akan bercerita lagi tentang kapal selam diiringi musik yang menjadi bagian dari hobinya di program Memorabilia.

Namun rencananya ini hanya tinggal angan-angan, kedatangannya bersama Lettu Muhadi di Studio Suara Surabaya, menjadi kunjungan pertama dan terakhir bagi keduanya.

Komandan Satuan Kapal Selam Koarmada II itu telah berpulang, Marsekal TNI Dr. Hadi Tjahjanto, Panglima TNI, pada Minggu (25/4/2021) telah menyatakan bahwa Kolonel Harry bersama 42 prajurit lain yang berada di KRI Nanggala 402 gugur di Perairan Bali, termasuk Lettu Muhadi.

“Dengan kesedihan yang mendalam, selaku Panglima TNI, saya nyatakan bahwa 53 personel telah gugur, Prajurit-prajurit terbaik telah gugur saat melaksanakan tugas di perairan utara Bali. Selaku Panglima TNI saya menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga prajurit yang gugur,”

“Rasa duka cita tersebut juga kami tujukan kepada seluruh keluarga besar Hiu Kencana pada khususnya, serta keluarga besar TNI AL pada umumnya, Kol Laut (P) Harry Setiawan, Letkol Laut (P) Hery Oktavian beserta seluruh prajutit terbaik prajurit Hiu Kecana di KRI Nanggala 402,” ujarnya.

Para prajurit ini telah setia dan menunjukkan semboyan baktinya pada pertiwi, prajurit Hiu Kencana setia menjaga samudera.

“Selamat berlayar, menuju keabadian, Kawan”.(rst/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs