Jumat, 29 Maret 2024

BMKG Prediksi Surabaya Kembali Hadapi Banjir Rob 14 Juli Mendatang

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Petugas BPBD Kota Surabaya membantu pengendara yang sepeda motornya mogok terkena banjir di Jalan Panjang Jiwo, Senin (13/6/2022). Foto: BPBD Surabaya

Fajar Setiawan Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya memperikarakan pada 14 Juli mendatang Kota Surabaya dan wilayah pesisir pantai utara akan menghadapi gelombang banjir rob yang cukup tinggi.

“Kami menyebutnya pasang purnama, yang mana dalam satu bulan akan ada dua kali pasang. Yang terjadi saat bulan baru atau bulan purnama,” kata Fajar pada sebuah diskusi bertema “Banjir Rob dan Penurunan Muka Tanah” Sabtu (18/6/2022).

Banji rob yang akan terjadi bulan depan masih satu fenomena dengan banjir rob beberapa hari lalu. Yaitu fenomena Perigee atau supermoon yang mana kondisi bulan yang dekat dengan bumi sehingga menimbulkan gelombang pasang yang tinggi.

Sesuai penuturan prakirawan BMKG itu, perubahan tinggi air laut dibagi menjadi dua yaitu perubahan periodik dan nonperiodik.

Karena tema pembahasan berkaitan dengan banjir rob, Fajar hanya menjelaskan tentang perubahan tinggi air laut secara periodik yang dibagi menjadi dua paramater. Di antaranya astronomi dan meteorologi.

Perubahan tinggi air laut secara parameter astronomi disebabkan oleh rotasi bumi dan gravitasi bumi, bulan, maupun matahari.

Sedangkan untuk meteorologi, disebabkan oleh kondisi cuaca atau angin yang berdampak pada tingginya gelombang. Yang mana jika angin semakin kencang maka gelombang ikut meninggi.

“Apabila terjadi di wilayah pantai yang landai, maka dampak gelombag tinggi meteorologi bisa semakin besar hingga menyentuh wilayah penduduk,” terang Fajar.

Selain disebabkan oleh fenomena alam, perubahan tinggi air laut juga disebabkan oleh pencairan es di kutub utara dan selatan karena kenaikan suhu udara. BMKG mencatat sejak Tahun 1993-2022 terjadi kenaikan air laut setinggi 10 centimeter.

“Tentunya ini berdampak pada kenaikan saat pasang air laut,” kata Fajar.

Data perubahan tinggi air laut sejak Tahun 1993-2022 oleh BMKG.

Akan tetapi, yang menjadi kekhawatiran Fajar saat terjadi banjir rob pada 14 Juli mendatang karena bersamaan dengan masukny musim kemarau. Yang artinya akan ada angin yang sangat kencang dari Timur.

Karena gelombang yang tinggi akan didukung oleh angin yang kencang maka dampak banjir rob di pesisir Utara Pulau Jawa bisa menjadi semakin besar.

“Tapi untuk wilayah Surabaya kami prediksi tidak terlalu signifikan terdampak gelombang tinggi meteorologi atau yang disebabkan angin kencang. Tapi untuk dampak astronomi kami sudah prediksi di wilayah pelabuhan dan wilayah Timur Surabaya,” jelas Fajar.

Pada kesempatan yang sama, Ira Mutiara Anjasmara Dosen Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyebut salah satu faktor banjir rob besar juga disebabkan oleh penurunan tanah. Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan tanah.

Tiga faktor tersebut di antaranya, ekstraksi air tanah yang berlebih, beban karena konstruksi infrastruktur, dan kondisi geologi yang berupa endapan alluvial dan batuan sedimen. Dari tiga faktor tersebut akhrinya menyebabkan subsidence atau penurunan tanah.

Sebagai informasi, ITS bersama BMKG dan Mageti menggelar webinar akhir pekan bertajuk “Banjir Rob dan Penurunan Muka Tanah”.

Dengan narasumbernya yakni Ira Mutiara Anjasmara Dosen Teknik Geomatika ITS, Fajar Setiawan Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya, dan Siti Sumilah Rita Susilawati Kepala Pusat Air dan Geologi Tata Lingkungan.(wld)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
32o
Kurs