Jumat, 29 Maret 2024

Muhammadiyah Minta Pemerintah Indonesia Lebih Aktif dan Proaktif Terlibat Penyelesaian Perang Rusia-Ukraina

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Dr KH Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah. Foto: Setkab

Sehubungan dengan meletusnya peperangan antara Rusia dan Ukraina, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan keprihatinannya karena menimbulkan kerusakan dan korban jiwa, terutama masyarakat sipil.

“Saya sangat prihatin dengan peperangan Rusia-Ukraina. Peperangan tidak hanya menimbulkan kerusakan fasilitas publik dan korban jiwa baik yang meninggal dunia maupun luka-luka. Sebagian korban adalah masyarakat sipil,” ujar Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam keterangannya, Jumat (4/3/2022).

Menurut Haedar, peperangan bukanlah jalan keluar menyelesaikan masalah. Untuk itu, dia mendesak kedua belah pihak untuk dapat melakukan gencatan senjata dan mencoba mencari solusi damai melalui meja perundingan.

PBB, kata Haedar, khususnya Dewan Keamanan, melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengakhiri peperangan karena akan menimbulkan masalah yang kompleks baik ekonomi, politik, kemanusiaan, perdamaian global, dan masalah-masalah lainnya.

Haedar juga memberikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia yang telah membuat seruan agar pertempuran diakhiri. Tetapi, akan lebih baik kalau Pemerintah Indonesia bisa lebih aktif dan pro aktif dalam penyelesaian perang dua negara tersebut.

“Akan tetapi, Pemerintah Indonesia hendaknya bisa lebih aktif dan proaktif terlibat dalam penyelesaian peperangan Rusia-Ukraina dan berbagai dampak yang ditimbulkannya,” jelasnya.

Dia mengimbau masyarakat, khususnya umat Islam, agar tidak terpengaruh oleh provokasi dan propaganda kedua belah pihak yang berusaha mencari dukungan politik internasional.

“Peperangan Rusia-Ukraina bukanlah karena masalah agama. Karena itu, masyarakat dan umat Islam, hendaknya tetap menjaga kerukunan dan persatuan dengan tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tegasnya.

Di era tatanan dunia baru yang menjunjung demokrasi dan perdamaian, lanjut Haedar, semestinya dibangun hubungan antar negara dan bangsa yang lebih adil, saling menghormati, dan menjauhkan tindakan hegemoni dalam bentuk apapun karena pada dasarnya semua negara dan bangsa di muka bumi ini memiliki kesetaraan.(faz/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
32o
Kurs