Jumat, 26 April 2024

Pakaian Ramah Lingkungan Tutup Surabaya Fashion Parade

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Line up urban wear Surabaya Fashion Parade di hari terakhir, Minggu (9/10/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Puluhan pakaian perkotaan atau tema urban wear siap melenggang di gelaran penutup Surabaya Fashion Parade 2022 Minggu (9/10/2022) malam. Masing-masing desainer sudah menampilkan barisan line up karyanya yang syarat makna dan penuh kreativitas.

Tidak hanya pakaian perkotaan yang bisa digunakan sehari-hari, namun konsep pembuatannya yang cenderung ramah lingkungan jadi ciri khas tema hari ini.

Seperti dress hitam ikonik buatan Yunita Kosasi desainer asal Surabaya. Sentuhan outer atau rompi panjang yang terbuat dari kain perca motif batik seluruhnya menjadi ciri khas.

Konsep itu dinamainya sebagai fulcrum dinamics atau dinamika titik tumpu. Sisa-sisa potongan kain perca dibentuk lingkaran kecil berukuran sama, kemudian dijahit satu dengan lainnya serta tetap menyisakan rongga tiap sambungan.

“Karena manusia dari tanah, bayi, remaja, tua, balik lagi ke tanah. Bisa memelihara bumi ujung-ujungnya balik lagi ke tanah dan bumi. Bagaimana bisa memelihara bumi, mengurangi sampah,” kata Yunita pada suarasurabaya.net.

Yunita Kosasi desainer asal Surabaya menunjukkan karya busana urban wear miliknya, Minggu (9/10/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Dia menyebut upayanya ini bagian dari sustainability fashion, untuk mengurangi limbah fashion. Meski ide itu tidak mudah, tapi Yunita mengaku kesadaran akan limbah itu harus dimulai terutama bagi pelaku fashion designer. “Dari pada beli lagi, daur ulang yang sudah ada. Kelihatannya ngacak tapi harmonis,” imbuhnya.

Karya fulcrum dinamics itu merupakan satu dari total 10 pakaian yang akan ditampilkan saat gelaran Surabaya Fashion Parade pada Minggu malam.

Karya berikutnya, meski tidak memanfaatkan kain perca, tapi sisi peduli lingkungan ditunjukkan oleh Yuliana Woo desainer asal Surabaya yang menggunakan seluruh bajunya dengan kain katun mau pun rayon. “Karena itu lebih ramah lingkungan. Poliester merusak alam,” kata Yuliana ditemui suarasurabaya.net saat sesi konferensi pers.

Konsep sustainability fashion yang dituangkan Woo dalam bajunya ata-rata yakini two in one (dua jadi satu). Pakaian yang sengaja dibuat untuk menyesuaikan karakter pemakainya dan situasi atau kondisi tertentu.

Yuliana Woo dan karya busana urban wearnya saat sesi konferensi pers, Minggu (9/10/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Seperti line up yang ditampilkan pada Minggu siang, atasan putih dengan beberapa detail, dipadukan rok abu-abu yang ditambahkan belt bagian luar sehingga membentuk seakan cutting-an baru yang bisa dicopotpasang.

“Bajunya bisa disesuaikan dengan karakter dan fungsional. Bisa daily dan event tertentu tinggal ditambah belt,” kata Woo.

Yuliana Woo juga menambahkan, karyanya ini merepresentasikan kondisi setelah pandemi Covid-19. Sekaligus akan membuat pemakainya hemat untuk tidak perlu membeli baju baru. Namun, bisa mengenakan ulang pakaian yang lama.

“Kita ingin sesuatu instan dan praktis dan tidak perlu beli terus-menerus tapi styling ulang di mix and match,” tambahnya.

Ia juga memprediksi karya miliknya akan lebih diterima dalam jangka waktu lama oleh masyarakat. Karena memunculkan keunikan dan karakter kuat serta berbeda dari yang lain. (lta/bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
31o
Kurs