Minggu, 26 Mei 2024

Sejarawan Unair Apresiasi Kabupaten Gresik yang Pertama Memuat Kurikulum Sejarah Lokal

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Kampung kemasan salah satu bangunan sejarah dan cagar budaya Gresik Foto: Instagram

Prof. Purnawan Basundoro Sejarawan dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair mengapresiasi Gresik sebagai kabupaten pertama yang memasukan sejarah lokal ke dalam kurikulum sekolah.

“Sesuatu yang sangat bagus, Gresik berani mengusulkan sejarah lokal masuk kedalam kurikulum sekolah. Karena selama ini siswa fokus diajarkan sejarah nasional ,” kata Prof Purnawan Basundoro saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Rabu (30/3/2022).

Profesor yang juga merupakan Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Jawa Timur ini sangat mendukung gagasan tersebut karena diharapkan sejarah lokal akan membuat siswa menjadi lebih terhubung dengan sejarah.

“Pentingnya sejarah lokal diajarkan pada anak-anak, karena sejarah adalah media untuk pembentukan karakter. Siswa sebagai mausia yang multi perspektif, harus berangkat dari kelokalan untuk menguatkan identitas lalu tumbuh menjadi manusia yang berjiwa nasional. Lalu tahapan berikutnya menjadi manusia gobal,” terangnya.

Urgensi sejarah menurut Profesor Purnawan akan menjadi kekuatan tersendiri bagi siswa karena darinya, siswa bisa belajar tentang jati diri dan identitas kearifan lokal daerahnya.

“Kalau sejarah nasional itu tema-nya sesuatu yang jauh dari siswa. Sejarah lokal bisa membuat siswa bisa bersentuhan langsung bahkan berinteraksi dengan pelaku sejarah di daerahnya,” terangnya.

Prof Purnawan Basundoro berpesan agar penyusunan kurikulum ini tidak dilakukan sembarangan dan harus melibatkan sejarawan.

“Sumber-sumber sejarah lokal. Harus ada penggalian data bersama. Karena sejarah bukan cerita imajinatif dan harus berbasis fakta realitas yang terjadi di masa lalu dan itu hanya bisa dilakkan dengan melalui proses penelitian,” tegasnya.

Namun pengajaran sejarah nasional menurut Prof. Purnawan Basundoro tetap menjadi prioritas agar para siswa mempelajari sejarah secara integratif dan tidak parsial.

“Sejarah nasional dan daerah bisa diberikan dengan porsi yang cukup. Keduanya diberi ruang untuk diajarkan pada para siswa. Tapi tentu porsi untuk sejarah lokal harus lebih sedikit juga. Perbandingan tiga banding satu. Tiga untuk sejarah Nasional dan satu untuk sejarah lokal,” paparnya.

Menurut Prof. Purnawan, sejarah nasional tetap harus lebih banyak diberikan agar siswa bisa memahami sejarah nasional secara integratif untuk mendorong persatuan Bangsa. (tha/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Minggu, 26 Mei 2024
30o
Kurs