Rabu, 24 April 2024

Tiga Jurus Menghindari Kejahatan Penipuan Berkedok Investasi

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Produk binary option yang dijual Binomo dan perusahaan sejenis sudah makan banyak korban. Kerugian yang diderita klien atau trader-nya pun bervariasi. Bahkan polisi sudah mengamankan dua orang pemasarnya (afilator) yang disebut-sebut sebagai Crazy Rich.

Christory Gerson, konsultan keuangan mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan masyarakat sebelum membeli produk investasi agar terhindar dari penipuan.

Pertama, sebelum investasi harus belajar dulu. Tidak ada yang instan. Harus mencari informasi karena perusahaan seperti Binomo menyasar market yang edukasinya belum bagus,” kata Gerson dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Senin (14/3/2022).

Kedua, perhatikan detail produk dan perusahaan investasi, meskipun iklannya berseliweran di media sosial. “Produknya bisa disamarkan dengan bermacam-macam cara. Bisa mendompleng objek investasi yang nyata, tapi dibelokkan menjadi binary option,” ujarnya.

Website perusahaan bisa saja hasil kloning perusahaan lain yang dimirip-miripkan. Misalnya toko crypto dot com ada yang mengkloning jadi toko crypto dot bid.

Ketiga, minta saran ke ahli.

Sedikit tips tambahan dari Gerson adalah melihat apakah platform trading atau investasi itu berpotensi scam atau penipuan, yaitu apakah produk yang ditawarkan berasal dari satu atau beberapa perusahaan. “Kalau banyak company sejenis bisa dibilang real, meski tidak menutup kemungkinan tetap bisa terjadi scam,” kata dia.

Untuk mencegah lebih banyak korban yang membeli karena perusahaan sejenis Binomo, menurut Gerson, seharunya pemerintah lebih update. “Jangan cuma kalau masalah baru turun, kalau ada untungnya mau jalan. Lembaga yang harus mengayomi ini kurang berperan aktif. Orang-orangnya mungkin perlu diganti sama generasi milenial yang lebih paham karena zamannya sudah beda. Decision making yang mengurus ini harus milenial,” kata dia.

Gerson menjelaskan, sebelum tahun 2012, binary option lebih dikenal dengan nama Bet on Market. “Dulu menebak harga salah satu mata uang dalam jangka waktu ke depan itu naik atau turun. Lalu setelah tahun 2012 supaya lebih ke arah online trading maka diubah menjadi binary option,” kata Gerson.

Perusahaan yang menjual produk binary option mengambil database dari market. Kemudian, di sisi dealingnya, kata Gerson, mereka punya algoritma yang mengatur siapa yang menang, siapa yang kalah.

“Bisa di-setting semau dealing departemen-nya misal klien winning rationya cuma 5 persen, 10 persen, bahkan nol persen, semua afiliator menang,” ujarnya.

Kemudian, dari sisi investasi, rasio kemenangannya 70:30 atau 80:20, tidak sesuai dengan investasi yang satu banding satu. “Misal trader memasang 100 dolar, max winningnya 80 dolar. Dari sini saja sudah tidak fair”.

Terkait keuntungan affiliator, kata Gerson, dari komisi atau persentase spread. Untuk meningkatkan omset, perusahaan menggunakan opsi membagi hasil keuntungan dari kerugian trader kepada affiliator.(iss/rst)

 

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 24 April 2024
29o
Kurs