Jumat, 26 April 2024

Batalnya Piala Dunia di Indonesia, Pakar Hubungan Internasional: Tragedi Strategi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Joko Susanto Pakar Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) saat berada di Unair Kampus B Surabaya, pada Kamis (30/3/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Joko Susanto Pakar Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, menyatakan gagalnya Indonesia dalam menjadi tuan rumah piala dunia U-20 2023 merupakan tragedi strategi.

“Kita mengira bahwa kita masih bisa bernegosiasi, ternyata FIFA malah nggak ngasih kesempatan, langsung saja dilempar. Inilah ketika ngomong soal miss calculation, ini bukan soal ideologi, bukan soal konstitusi, ini soal strategi, tragedi strategi. Karena di Indonesia tidak banyak yang ngomong kalau ini persoalan strategi. Itu kegagalan strategi kita dalam membela Palestina,” ucapnya di Surabaya, pada Kamis (30/3/2023).

Joko mengatakan, gagalnya strategi itu bukan membuat posisi Palestina menjadi lebih baik, posisi Indonesia membela Palestina juga tidak lebih baik, tetapi justru membuat Indonesia berhadapan dengan kepentingan anak bangsa.

“Rugi tiga kali kita hari ini, dan yang seperti ini apakah kita mau ulang setiap ada perhelatan, nanti jangan-jangan event yang lain juga,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, strategi harus disesuaikan dengan dinamika situasi, yakni sebelun memutuskan, dilakukan diagnosa terlebih dahulu seberapa jauh perbedaan situasi hari ini dan situasi pada saat zaman Bung Karno.

Apalagi menurutnya, posisi politik luar negeri Indonesia saat ini juga mengalami perkembangan. Ia menyebut, jika dulu tidak mendukung solusi dua negara, sekarang secara tegas mendukung solusi dua negara.

“Dengan solusi itu, dengan mudah kita tidak mengulang apa yang dilakukan waktu dulu, karena itu belum menganut solusi dua negara, tidak sesuai konteks,” ucapnya.

Sementara soal usulan Israel main di Singapura, ia juga mengatakan bahwa itu tidak menyelesaikan kekakuan pandangan Indonesia yang masih menganggap bahwa kedatangan Israel sebagai salah satu yang basic di dalam mandat konstitusional. Padahal tegasnya, konstitusi tidak mempersoalkan kedatangan, tapi soal menghapuskan penjajahannya.

“Kalau kemudian kita menolak kedatangan tapi tidak membuat penjajahan di sana menjadi terhapus, kan malah justru kontraproduktif, bukannya malah meyakinkan kalau kita membuat cara lain, tapi punya prospek kalau belum bisa dihapus, paling tidak yang terjajah ini bisa lebih punya posisi dengan solusi dua negara. Itu lebih prospektif,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, ia menegaskan bahwa dengan strategi saat ini, justru sesama warga ada yang bertengkar akibat keputusan Piala Dunia U-20. Selain itu, Indonesia juga kehilangan event menjadikan Piala Dunia sebagai sarana untuk memperjuangkan Palestina.

“Intinya kita harus lebih kreatif, bisa disuarakan dengan cara lain, dan sekaligus mengamankan perhelatan di tangan kita. Banyak dengan cara-cara yang lebih kreatif,” pungkasnya.(ris/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs