Senin, 13 Mei 2024

Kepala BMKG Sebut Perubahan Iklim Dapat Mengancam Ketahanan Pangan

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Foto: BMKG

Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat bahwa perubahan iklim dapat mengancam ketahanan pangan.

“Organisasi pangan dunia FAO bahkan memprediksi pada 2050 mendatang dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim, sebagai konsekuensi dari menurunnya hasil panen dan gagal panen,” ujar Dwikorita dilansir Antara, Selasa (111/7/2023).

Oleh karena itu, Dwikorita mengatakan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perlu dilakukan dengan menekankan di tiga aspek, yaitu ekonomi, sosial, dan ekosistem atau bentang alam.

“Langkah-langkah strategis harus dilakukan guna mencegah risiko yang lebih fatal,” kata Dwikorita.

Dwikorita memaparkan, seluruh negara di dunia saat ini mengalami dampak perubahan iklim dengan tingkat yang berbeda-beda, seperti cuaca ekstrem, bencana alam, penurunan keanekaragaman hayati, krisis air, dan lain sebagainya.

Untuk itu, perlu ada tindakan konkret dari seluruh negara untuk menekan laju perubahan iklim ini.

Berdasarkan laporan yang dirilis World Meteorological Organization (WMO), kata Dwikorita, disebutkan bahwa tahun 2022 menempati peringkat keenam tahun terpanas dunia.

Periode 2015-2022 menjadi delapan tahun terpanas dalam catatan WMO. Pada awal Desember 2020 juga menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas (peringkat pertama), dengan tahun 2020 sedang on-the-track menuju salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah dicatat.

Sementara di Indonesia, berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG dari 91 stasiun BMKG, menunjukkan suhu permukaan rata-rata pada tahun 2022 lebih tinggi 0,9 derajat celcius dibandingkan tahun 1981-2010.

Hal ini menandakan fenomena peningkatan suhu juga terjadi secara lokal dan global.

Dwikorita menyampaikan pemanasan global memicu pergeseran pola musim dan suhu udara yang mengakibatkan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas bencana hidrometeorologi.

Salah satunya adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi kekeringan yang ekstrim, tetapi juga menyebabkan peningkatan emisi karbon dan partikulat ke udara. (ant/saf/faz)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Senin, 13 Mei 2024
25o
Kurs