Jumat, 3 Mei 2024

Tiga Elemen Jago Ngomong Bukan Tong Kosong Versi Suara Surabaya Academy

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Adit Jufriansyah Announcer Suara Surabaya sekaligus Professional Dubber saat mengisi Jago Ngomong Bukan Tong Kosong, Sabtu (24/2/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net Adit Jufriansyah Announcer Suara Surabaya sekaligus Professional Dubber saat mengisi Jago Ngomong Bukan Tong Kosong, di hall Suara Surabaya Centre, Sabtu (24/2/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Ada tiga elemen yang wajib dikuasai setiap pembicara agar bisa “Jago Ngomong Bukan Tong Kosong” versi Suara Surabaya Academy, mulai konten hingga audiens.

Adit Jufriansyah Announcer Suara Surabaya sekaligus professional dubber mengatakan, menyelesaikan segala permasalahan berbicara di depan umum, butuh cara dan strategi.

“Masalah yang sering ditemui orang, bagaimana cara menyampaikan, menceritakan sesuatu di kepala, karena (mereka) gak tahu caranya,” katanya usai membagi ilmu dan pengalamannya dalam Program Suara Surabaya Academy, “Jago Ngomong Bukan Tong Kosong”, di Suara Surabaya Center, Sabtu (24/2/2024).

Mulai dari cara penyampaian, gestur tubuh saat menjelaskan di depan umum, dan cara agar pesan bisa diterima audiens.

“Gimana bahasa yang dipakai, gestur. Kadang kita ketakutan, respons apa yang kita terima. Aku share (bagikan) gimana caranya,” imbuhnya.

Salah satu peserta berinteraksi dengan Adit Jufriansyah Announcer Suara Surabaya dan Professional Dubber yang juga pemateri dalam Jago Ngomong Bukan Tong Kosong yang digelar Suara Surabaya Academy di Suara Surabaya Centre, Sabtu (24/2/2024). Foto: Dukut suarasurabaya.net

Pertama, kata Adit, konten atau pesan yang ingin disampaikan, lanjutnya, harus benar-benar dikuasai dengan persiapan.

Penyampaian yang runtut, dimulai dari akar permasalahan hingga solusi yang bisa ditawarkan.

“Cerita masalah, dampak ketika masalah ada, solusi. Itu salah satu cara. Menyiapkan konten kita. Memahami konten yang kalian ingin sampaikan. Latihan depan kaca, biar tahu mimik kita gimana. Perbaiki, koreksi,” terangnya.

Kedua, kesiapan diri bisa dengan berlatih mandiri sebelum tampil, untuk mengoreksi kekurangan diri sendiri. Sisanya pengetahuan yang luas dengan bersikap terbuka untuk mau membaca, juga akan memperkaya kata.

Ketiga, audiens yang wajib dikendalikan. Konten dan performa pembicara harus mampu membuat audiens perhatian dan menerima pesan yang disampaikan dengan baik.

“Kenali audiens. Bukan hanya tahu soal pekerjaan dia apa, statusnya apa, tinggal di mana, (bahkan harus) sampai bahasa apa yang mereka pakai. Kita bisa pakai itu untuk komunikasi sama mereka. Kata gak pakai bahasa tinggi-tinggi ketika di warung, dan lainnya. Selain itu belajar mendengarkan mereka,” tutur Adit.

Setidaknya tiga elemen penting itu yang ditekankan Adit sebagai kunci public speaker.

“Tiga elemen itu yang biasa dibagikan karena artinya kita siap dengan gagasan, konten, diri kita, lalu audiens, kenali audiens dengan bahasa apa yang mereka pakai,” tandasnya.

Sekedar diketahui, ada 100 lebih peserta pelajar dan mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini.

Pelajar dan Mahasiswa dinilai sudah membutuhkan public speaking untuk kegiatan sehari-hari, baik akademik di kampus dan sekolah, juga sosial media yang memasuki era konten jadi wadah menyalurkan ide dan kreativitas. (lta/azw/bil/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
29o
Kurs