Sabtu, 27 April 2024

Pertemuan Jokowi-Prabowo Positif, Tapi Gerindra Tetap Oposisi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Fadli Zon Waketum Partai Gerindra dalam dialektika demokrasi di Media Centre DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (1/11/2016). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Joko Widodo Presiden dan Prabowo Subianto Ketua Umum Partai Gerindra bertemu, Senin (31/10/2016) di Hambalang kediaman Prabowo.

Pertemuan untuk kepentingan nasional, di tengah munculnya ketegangan menjelang Pilkada serentak khususnya di Jakarta. Sedangkan aksi damai pada 4 November itu untuk mendorong pemerintah dan aparat penegak hukum untuk memproses hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) gubernur DKI terkait dugaan penistaan agama.

Fadli Zon Wakil Ketua DPR mengatakan jika pertemuan itu untuk kepentingan nasional yang lebih besar, Gerindra pasti mendukung.

“Semua pasti setuju. Tapi, Gerindra tetap kritis agar ada check and balances, dimana kalau tidak ada oposisi, mau menjadi apa bangsa ini?” kata Fadli yang juga Waketum Partai Gerindra dalam dialektika demokrasi “Makna Pertemuan Jokowi – Prabowo” di Media Centre DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (1/11/2016).

Demikian juga dengan aksi damai 4 November. Ini kata Fadli, hanya untuk mendorong proses hukum terhadap Ahok. Sebab, kalau tidak ada proses hukum bisa menjadi ekskalasi kekuatan besar dan bisa mengancam desintegrasi bangsa.

“Jadi, aksi itu aspirasi masyarakat untuk penegakan hukum terhadap Ahok” kata dia.

Karena itu Fadli meminta Presiden Jokowi melakukan proses hukum, kalau tidak, berarti memberi ruang untuk radikalisasi itu sendiri.

“Siapa yang menabur angin akan menuai badai. Maka, jangan ada diskriminasi, dimana ada kesan Jokowi Presiden melindungi Ahok. Itulah yang kita ingatkan dengan aksi damai ini. Tidak akan chaos, kalau chaos semua akan rugi,” ujar Fadli.

Secara pribadi Fadli juga mengkritik kepada Jokowi kalau bersilaturahmi dengan Prabowo ketika akan ada masalah. Tetapi kalau tidak ada masalah tidak bersilaturahmi.

“Jadi harusnya tidak ada masalah juga bertemu, jangan kalau akan ada masalah baru ketemu. Sehingga kita ingin pertemuan itu pertemuan yang sejati,” kata dia.

Sementara itu di tempat yang sama, Setya Novanto Ketua Umum Partai Golkar, mengapresiasi pertemuan kedua negarawan tersebut yang saling menunjukkan sebagai pimpinan yang rendah hati, meski dalam Pilpres Juli 2014 silam sebagai rival yang keras.

“Jadi, pertemuan kedua tokoh itu justru menjadi teladan bagi anak-anak bangsa ini. Terutama untuk membicarakan masalah sosial politik, ekonomi, hukum, dan lain-lain untuk kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar,” ujar Setnov panggilan akrabnya.(faz/iss/ipg)

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
30o
Kurs