Kamis, 25 April 2024

Penentuan Kandidat Capres 2024 Bakal Jadi Ujian Soliditas KIB

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Airlangga Hartarto Ketua Umum Partai Golkar (tengah), Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa (kiri) dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (kanan) berjabat tangan usai memberikan keterangan pers di gedung KPU, Jakarta, Rabu (10/8/2022). Foto: Antara

Hasil survei Indometer menyatakan pendukung Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) cenderung lebih solid dibandingkan partai-partai koalisi lain, seperti Partai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat.

Herry Pasrani Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Mendrofa menilai itu karena basis kesamaan elektoral partai yang mendukung Kabinet Indonesia Maju.

“Yang pertama jelas karena mereka memiliki segmen yang sama, yaitu ceruk elektoral berbasis yang pro Pemerintah. Ketiga parpol itu ada di kubu Pemerintah,” ujarnya di Jakarta, Selasa (30/8/2022).

Kemudian, KIB sampai sekarang belum memunculkan nama figur yang akan diusung pada Pilpres 2024.

Karena belum ada nama calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres), maka pendukung parpol anggota KIB cenderung masih nyaman dengan pembahasan visi-misi mau pun program koalisi.

“Kedua, sampai hari ini belum tersebut nama capres. Artinya belum ada finalisasi siapa yang akan diusung oleh ketiga parpol itu,” imbuhnya.

Herry memprediksi, kalau KIB sudah memutuskan nama capres untuk Pemilu 2024, salah satu partai kemungkinan akan menarik diri karena merasa kepentingan politiknya tidak terakomodir.

“Mungkin kalau sudah muncul nama capres ketum salah satu dari ketiga parpol KIB, barangkali ada satu parpol yang nantinya sedikit menarik diri,” ucapnya.

Sementara itu, Cecep Hidayat pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) menyebut, soliditas KIB di tataran elite masih perlu penguatan di akar rumputnya.

“Kalau bicara pendukung yang solid, ketika terjadi koalisi beberapa waktu lalu, baik itu KIB, Gerindra-PKB, atau yang lain, itu kan di tingkat elite. Tinggal nanti para pemilih apakah perilakunya patuh taat pada elite parpol atau tidak?” katanya.

Berdasarkan pengalaman pemilu sebelumnya, lanjut Cecep, komunikasi di elite parpol sudah berjalan dengan baik. Tapi, di akar rumput belum cukup baik.

Di tengah masyarakat identitas politik lewat pilihan ideologi tidak begitu terlihat jelas, pendukung partai dengan ideologi nasionalis kemungkinan memilih calon yang nasionalis, atau akan ikut capres-cawapres yang diusung partainya.

Sehingga, keberadaan swing voter pada Pemilu 2024 akan ramai. Ditambah lagi dengan hadirnya pemilih baru dari kalangan milenial mau pun Gen Z.

“Identitas partai dan Ideologi partai kuat, banyak terjadi swing votes. Di mana perilaku pemilih yang berpikir mudah bergeser dan mudah mengalihkan pilihannya. Ditambah lagi lahir generasi Z milenial, mereka yang paparan teknologi informatika tinggi dan ideologi partai mereka tidak begitu kuat,” jelas Cecep.

Hasilnya, selain memiliki pendukung setia, partai mau pun koalisi harus terus membangun massa dari kalangan milenial, dan politikus mulai melek teknologi lewat sosial media yang ada.

“Di sisi lain, mereka bisa menggunakan platform media sosial yang ada. Jadi, harapannya bukan sekadar tanpa tujuan, tapi sebagai pendidikan politik,” pungkas Cecep.(rid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
27o
Kurs