Kamis, 28 Maret 2024

Masih dalam Bahasa Jerman, Sekuel Amba versi Indonesia Baru Diluncurkan 2019

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Penulis Laksmi Pamuntjak ditemui usai mengisi sebuah acara di Jakarta, Jumat (3/8/2018). Foto: Antara

Penulis Laksmi Pamuntjak akan meluncurkan novel terbaru berjudul “The Fall Baby” pada 10 Agustus 2018. Peluncuran ini bertepatan dengan penyelenggaraan Berlin International Literary Festival di Jerman.

Novel yang dalam bahasa Indonesia akan diterbitkan dengan judul “Srikandi” ini merupakan sekuel dari novel pertama Laksmi, “Amba”, yang memperoleh penghargaan sastra Jerman yakni LiBeraturpreis pada 2016.

“Ini ditulis dari perspektif Srikandi, anak haram dari tokoh Amba dan Bhisma yaitu dua protagonis dalam novel pertama saya,” kata Laksmi kepada Antara saat ditemui usai mengisi sebuah acara di Jakarta, Jumat (3/8/2018).

Lewat novel yang akan diterbitkan dalam bahasa Jerman dengan judul “Herbstkind” ini, Laksmi ingin membawa pembacanya dalam topik ingatan dan identitas, juga untuk melihat tafsir yang beragam, kebebasan, serta aspek sensor dalam seni.

Penulis “Aruna dan Lidahnya” itu merasa perlu bicara tentang intoleransi setelah menyadari bahwa konstelasi politik saat ini membuat kekuatan intoleransi itu mulai bangkit kembali. Apalagi dengan adanya kalangan yang mencoba mendesakkan cara pandang mereka terhadap kemajemukan yang luar biasa. Padahal menurutnya, masyarakat Indonesia sudah lama hidup dengan etos harmoni Bhinneka Tunggal Ika.

“Karya ini memang fiksi tetapi bukan berarti ini tidak berdasarkan kasus nyata dari beberapa pertunjukan seni yang dilarang atau diintimidasi karena dianggap melanggar Islam, dan lain-lain,” kata Laksmi.

Meski akan segera diluncurkan secara internasional di Berlin, pembaca harus bersabar menunggu hingga tahun depan jika ingin menikmati “Srikandi” dalam Bahasa Indonesia. Hal ini karena Laksmi masih dalam proses menulis dan menafsirkan ulang novel tersebut.

“Memang mundur lebih lama dari target saya yang tadinya Oktober tahun ini,” ujar Laksmi.

Novel yang ditulis selama 1,5 tahun ini menceritakan kisah dua wanita yaitu Srikandi (Siri), seorang seniman visual yang mendunia dan Dara yang seorang aktivis politik.

Setelah hampir seumur hidup berkutat dalam pencarian diri di berbagai kota di dunia termasuk Madrid dan London, Siri berusaha melarikan diri dari kenyataan yang sulit atas sejarah keluarganya dengan memulai hidup di Berlin.

Ketika dia mulai menemukan pijakan di rumah barunya, baik dalam seni dan dalam kehidupan, keadaan keluarga yang tidak terduga dan lanskap politik yang berubah memaksanya untuk kembali ke Jakarta. Hal ini membuatnya harus menghadapi bukan hanya luka masa lalunya, tetapi juga realitas yang kompleks dari iman, seni dan politik di Indonesia.

Siri harus berhadapan dengan dua budaya berbeda dan berurusan dengan Muslim garis keras yang menganggap karya seninya sebagai bentuk hujatan.

“Poinnya adalah tentang persilangan dan persentuhan antara Timur dan Barat, bagaimana seorang seniman kontemporer Indonesia sekarang membuat dirinya relevan di dunia internasional, karena ada banyak batasan kultural dan artistik yang harus didobrak dan dihadirkan dalam diri seseorang,” ujar Laksmi.

Meskipun menghadapi banyak kesulitan di Jakarta, Siri terkejut oleh fakta bahwa dia terus memperpanjang masa tinggalnya. Dia menemukan keselamatan bukan hanya melalui persahabatannya yang diperbarui dengan Dara, tetapi juga dengan ikatan ibu-anak yang diperbarui dalam hubungan dengan anak tirinya, Amalia.

Hubungan ini dengan anak tirinya juga membawa Siri lebih dekat dengan ibunya, Amba, dan sejarah hidup mereka yang kemudian mengantarkannya pada sebuah penyelesaian dan pengampunan.(ant/tin/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
27o
Kurs