Sabtu, 27 April 2024

Menengok Boon Pring, Desa Wisata yang Akan Menjadi Museum Bambu Indonesia

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Tempat wisata di Boon Pring. Foto: Denza suarasurabaya.net

Di samping sebuah gazebo, di salah satu spot taman dekat danau, Ani dan tiga orang temannya menyiapkan bara api dari arang yang mereka bawa dari rumah. Mereka tata arang itu di dalam batu bata yang mereka susun sendiri menjadi semacam tungku pembakaran. Api sudah menyala. Mereka keluarkan dua ekor ayam yang sudah ditusuk bambu, siap untuk dibakar.

Suasana di kawasan wisata seluas 36,8 hektare, Kamis (28/11/2019) pagi menjelang siang itu teduh. Ada pengunjung lain, satu keluarga, naik perahu kayuh berbentuk angsa berkeliling danau. Lanskap di sekitar danau memang alami. Dikelilingi pohon bambu dan tabebuya merah muda yang sudah mekar dan bunganya berguguran di permukaan danau.

Menjelang azan Zuhur, hujan turun rintik-rintik membuat banyak lingkaran di permukaan danau yang dilintasi sejumlah perahu angsa. Hujan berlangsung cukup lama, sesekali deras, membuat suasana semakin syahdu. Terlihat wajah gembira para pengunjung yang datang bersama keluarganya. Mereka berlari-lari mencari tempat berteduh diiringi tawa kecil.

Sembari mengipas-ngipas api di dalam tungku agar panasnya merata, Ani dan teman-temannya bersenda gurau. Untung saja, air hujan tidak sampai membasahi tungku pembakaran di lokasi yang rindang oleh beragam pepohonan itu. Sementara, di gazebo, ada beberapa orang lain yang sedang menyiapkan nasi, sambal, juga sayur-sayuran. Totalnya ada delapan orang. Sepuluh, karena ada yang membawa dua anaknya yang masih balita.

Ani sedang piknik dengan teman-teman SMA-nya. Mereka sedang reuni. Sebenarnya, di daerah tempat tinggal Ani, di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang, banyak tempat wisata pantai yang cukup populer. Di antaranya Pantai Sendang Biru, Pulau Sempu, Pantai Goa Cina dan banyak lainnya. Tetapi, Ani bilang, sudah bosan wisata di pantai.

Mereka pun memilih piknik di tempat yang lebih sejuk, di Desa Wisata Boon Pring Andeman di Jalan Kampung Anyar, Dusun Krajan, Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. “Boleh, kok, (bakar ayam). Pokoknya nanti kalau sudah selesai dibersihkan lagi. Saya empat kali ke sini. Karena memang tempatnya enak, sejuk,” ujarnya kepada suarasurabaya.net.

Ani dan kawan-kawan SMA-nya sengaja memilih piknik di Boon Pring karena rindang. Meski saat itu sempat gerimis, tapi cuaca pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan seringkali terasa gerah. Apalagi kalau di pantai. Di Boon Pring, mereka tidak kepanasan. Apalagi saat itu hari kerja, suasananya tenang.

Wahana waterboom di Boon Pring. Foto: Denza suarasurabaya.net

Djamaludin Kepala Dusun (Kasun) Krajan, Desa Sanankerto mengatakan, segmen Desa Wisata yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kertoraharjo ini memang wisata keluarga. Karena itu, para petugas Desa Wisata tidak melarang pengunjung membawa makanan dari rumah, meski di lokasi wisata itu sudah ada 75 pedagang.

“Memang, kalau wisata keluarga itu, para pengunjung yang datang biasanya sudah besar-besaran bontotan (makanan). Kami bebaskan, karena segmen kami memang wisata untuk keluarga,” ujarnya sembari tertawa kepada Kelompok Kerja Wartawan Pemprov Jatim yang sedang melakukan kunjungan ke lokasi Desa Wisata Boon Pring.

Desa Wisata yang diinisiasi sejak 2015 silam, mendapat SK Desa Wisata pada 2016, dan mulai beroperasi efektif sejak 2017 itu memang terus berkembang. Penambahan wahana terus dilakukan. Sekarang sudah ada sejumlah pilihan wahana yang bisa memanjakan pengunjung. Di antaranya wahana Perahu Angsa juga becak air untuk berkeliling danau.

Di bagian paling depan dekat pintu masuk, pengunjung akan mendapati dua kolam anak yang dilengkapi waterboom sederhana. Samsul Arifin Direktur BUMDes Kertoraharjo sebagai pengelola Boon Pring mengatakan, pengembangan akan terus dilakukan. Wahana waterboom itu, kata dia, akan dikembangkan lebih besar lagi agar bisa menarik minat lebih banyak anak-anak.

Ragam Wahana dan Cita-Cita Menjadi Museum Bambu Pertama

Di atas 36,8 hektare lahan Tanah Kas Desa itu, BUMDes Kertoraharjo membagi kawasan wisata Boon Pring menjadi tiga jenis. Kolam Anak dilengkapi waterboom bagian dari Wisata Modern. Danau yang bersumber dari enam mata air di lokasi hutan bambu adalah bagian dari ekowisata. Terakhir di bagian paling belakang, yang lokasinya dibiarkan alami sebagai hutan bambu, ke depan akan terus dikembangkan menjadi wisata edukasi atau eduwisata.

“Dalam pengembangan Boon Pring ini kami juga melibatkan masyarakat sebagai pihak ketiga. Ada yang berinvestasi kuda, Motor ATV. Atau mereka baik perorangan maupun lembaga seperti Karang Taruna dan PKK memberikan pinjaman berupa obligasi untuk menjadi bagian dari modal Boon Pring,” kata Samsul Arifin Direktur BUMDes Kertoraharjo.

Maka selain wahana yang sudah disebut di atas, sejak 2018 lalu sudah tersedia wahana motor trail mini, panahan, bola air, dan flying fox. Sekarang, BUMDes Kertoraharjo bersama para pengurus Desa dan Dusun yang menjadi dewan komisaris pengelolaan Wisata Boon Pring bersinergi untuk mewujudkan Museum Bambu yang menjadi bagian dari wisata edukasi, dan diperkirakan menjadi Museum Bambu alami pertama di Indonesia.

Djamaludin Kasun Krajan menjelaskan, pengelola BUMDes bersama Kelompok Petani (Poktan) Desa Sanankerto awalnya meyakini, sudah ada 65 jenis bambu yang tertanam di kawasan arboretum atau kebun botani di bagian wisata edukasi Boon Pring. Tapi baru-baru ini, seorang profesor, pakar bambu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyebutkan, sudah ada lebih dari 65 jenis bambu.

“Baru-baru ini Prof Elizabeth dari LIPI datang ke sini dan melihat langsung arboretum kami. Ternyata dia punya pendapat beda, sudah ada 75 jenis bambu di sini. Kami memang berencana memproklamirkan Boon Pring ini menjadi Museum Bambu. Tapi nanti, kalau jenis bambunya sudah lebih dari 100. Bu Elizabeth sudah menjanjikan akan mengirim 41 jenis bibit bambu untuk ditanam di sini,” katanya.

Targetkan Omzet Rp4,2 Miliar pada 2020

BUMDes Kertoraharjo sebagai pengelola Desa Wisata Boon Pring di Desa Sanankerto, Turen, Malang, mencatat omzet per tahun desa wisata itu terus meningkat sejak beroperasi 2017 lalu. Pada 2017 omzetnya sudah mencapai lebih dari Rp994 juta dengan laba sebesar Rp402,9 juta. Pada 2018, omzetnya sudah mencapai lebih dari Rp2,8 miliar dengan laba lebih dari Rp1,4 miliar.

“Sampai 31 Agustus 2019 ini, omzetnya sudah mencapai Rp2,730 miliar. Kami menargetkan omzet pada 2020 nanti mencapai Rp4,2 miliar. Karena itulah, pada 2019 ini, kami menolak penyertaan modal dari PAD Desa sebesar Rp500 juta. Kami beralasan, BUMDes tahun ini sudah mampu mandiri,” kata Samsul Arifin Direktur Utama BUMDes Kertoraharjo.

Penolakan ini karena BUMDes sudah mendapat alokasi dana desa yang setiap tahun juga meningkat. Pada 2017 lalu, Boon Pring mendapat alokasi dana desa yang digunakan untuk pengembangan lokasi sebesar Rp50 juta. Lalu pada 2018 BUMDes mendapat Rp500 juta. Pada 2019 ini, BUMDes mendapat suntikan dana desa mencapai Rp1,5 miliar.

Seiring berbagai pengembangan, BUMDes Kertoraharjo kini telah mengembangkan unit usaha Boon Pring yang tadinya sebatas ekowisata, PAM, dan UMKM, sekarang berkembang memiliki unit usaha Bank Sampah dan Even Organizer yang mampu menyerap tenaga kerja mencapai 75 orang dengan gaji sesuai UMK, serta pegawai lepas dengan bayaran minimal Rp80 per hari belum termasuk uang makan.

“Kami sedang mempersiapkan unit usaha baru. Kami bikin air mineral dari sumber mata air yang kami miliki, juga grosir sembako hasil pertanian modern Poktan yang mengedepankan tanaman organik. Kami juga mengajak masyarakat sekitar untuk bertani pakai polybag, yang hasilnya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Nanti ini akan menjadi bagian dari paket wisata,” ujarnya.

Begitulah, hanya dalam waktu hampir tiga tahun, BUMDes Kertoraharjo dengan sinergitas bersama Pengurus Dusun Krajan dan Desa Sanankerto, juga masyarakat sekitar, telah menjadikan desa yang tadinya termasuk Inpres Desa Tertinggal (IDT) mentas menjadi Desa Wisata yang mandiri.

Setidaknya, sudah ada 400 ribu pengunjung per tahun yang datang ke Boon Pring untuk menikmati suasana hutan bambu dengan berbagai pilihan wahana wisata. Dari yang modern, alami, sampai dengan wisata yang memiliki muatan edukasi.

Akses dan Tiket Masuk

Lokasi wisata Boon Pring Andeman di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Malang berbatasan dengan Desa Bringin, Kecamatan Wajak di sebelah utara, Desa Jambangan, Kecamatan Dampit di sebelah selatan, Desa Sumber, Wajak di sebelah timur, dan Desa Sananrejo, Turen, di sebelah barat. Jaraknya sekitar 30 kilometer dari ibukota Kabupaten/Kota Malang. Sedangkan dari Surabaya jaraknya sekitar 107 kilometer.

Lokasi Boon Pring ini tidak terlalu jauh dari Masjid Tiban di Wajak. Pengunjung yang berencana mengunjungi Boon Pring setelah mengunjungi Masjid Tiban bisa menanyakan arah ke lokasi kepada warga dusun setempat. Namun, Samsul Arifin Direktur Utama BUMDes Kertoraharjo sebagai pengelola Boon Pring mengakui, akses jalan ke lokasi wisata memang belum terlalu bagus.

“Ke depan kami akan berupaya agar Pemkab maupun Pemerintah Desa Sanankerto memperbaiki akses ke lokasi ini sehingga pengunjung menjadi lebih nyaman,” katanya.

Untuk masuk ke lokasi wisata, pengunjung cukup membayar Rp10 ribu per kepala untuk berwisata sepuasnya. Tapi ongkos masuk itu tidak termasuk parkir kendaraan dan biaya sewa wahana. Masing-masing wahana, kata Samsul Arifin, harga sewanya tidak lebih dari Rp20 ribu. Antara 15-20 ribu per kepala.(den/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
29o
Kurs